METROPOLITAN - Puluhan anak muda yang tergabung dalam komunitas Saya Milenial Golput (SGM) mengungkapkan kekecewaannya terhadap iklim politik yang disajikan dua kubu pasangan capres-cawapres yang akan bertarung di pilpres 2019. Jika tidak ada perbaikan, tidak menutup kemungkinan akan banyak generasi milenial yang memilih golput pada pemilu tahun ini. Koordinator SGM Bagas Denny Saputra mengatakan, ekspektasinya sebagai pemilih pemula akan mendapatkan pelajaran politik yang baik tak kunjung didapat. Menurutnya, para elite justru mempertontonkan kampanye yang saling menjatuhkan, bahkan hal-hal yang tidak substantif dengan pemilu. ”Kami memiliki keresahan yang sama, kalau begini caranya maka kami cenderung mending golput saja,” ujar Bagas saat deklarasi SGM di Kopi Politik, Jakarta Selatan, kemarin. Juru bicara SGM, Saifa El Faruqi, menuturkan bahwa dua kubu yang akan bertarung pada April 2019 mendatang dinilai cenderung mengedepankan permusuhan dan saling fitnah. Akibatnya, generasi milenial tidak bisa melihat program atau gagasan apa yang akan dilakukan ketika mereka terpilih nanti. Seharusnya, tutur Saifa, pasangan capres ini menunjukkan program terbaiknya untuk kemajuan bangsa pada masa kampanye saat ini. Bukan justru menciptakan permusuhan dan perpecahan di antara anak bangsa. ”Untuk saat ini kami belum bisa menentukan pilihan, karena yang kami dapatkan adaIah isu-isu hoaks yang berimbas pada kehidupan kami di lingkungan keluarga maupun di kampus,” ucap mahasiswa Universitas Pembangunan Jaya (UPJ) tersebut. Kaum milenial memang cukup akrab dengan dunia maya, tak terkecuali media sosial. Menurut Saifa, apa yang tersaji di media sosial saat ini tidak lepas dari politik kebohongan, caci maki dan permusuhan. ”Tim capres A jelekin, fitnah dan menyerang capres B, begitu juga sebalikanya. Kondisi ini sepertinya sengaja dibiarkan, semangat kebersamaan yang kita miliki seolah hilang karena berbeda pilihan,” sesalnya. Setidaknya masih ada waktu sekitar sertu hari lagi menuju pemungutan suara. SGM berharap sisa waktu tersebut dapat dimanfaatkan dengan maksimal oleh dua kubu untuk memperbaiki komunikasi politik mereka. Bukan menyerang dan menjatuhkan masing-masing kandidat secara personal. (lip/els/run)