METROPLITAN - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) memperkirakan ada 30 persen masyarakat golongan putih atau golput alias tidak memberikan hak suaranya di pemilu 2019. Alasannya berbeda-beda.
PENELITI LSI Adjie Al Farabi mengatakan, mayoritas masyarakat memilih golput karena alasan teknis atau administratif, di samping pertimbangan ideologis. ”Golput itu banyak alasan. Ada yang karena alasan politis atau alasan yang ideologis. Tapi itu mungkin hanya di bawah 10 persen. Tapi majority mereka yang golput itu sebetulnya karena alasan yang sifatnya teknis dan administratif,” kata Adjie. Berdasarkan hasil penelitian LSI, sebut Adji, mayoritas masyarakat yang memilih golput karena alasan pindah KTP atau pindah daerah pemilihan (dapil). Hal itu membuat mereka enggan mengurus administratif persyaratan mencoblos di tempat baru. ”Kurang lebih dari 30 persen yang golput, 10 persen kan alasannya sifatnya apa namanya, karena ideologi. Tapi sisanya sebetulnya karena alasan teknis dan administratif,” ujarnya. Sementara itu, calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) meminta milenial menggunakan hak pilihnya dalam pemungutan suara 17 April 2019 mendatang. ”Jangan ada satupun yang golput. Ajak semua saudara-saudara berbondong-bondong ke TPS yang paling dekat,” ujar Jokowi saat berbicara di hadapan ribuan anak muda dalam Festival Satu Indonesia di Gedung Istora Senayan, Jakarta, Minggu (10/3) malam. Jokowi berusaha meyakinkan para pemilih muda, khususnya pemilih pemula, bahwa satu suara sangat menentukan masa depan Indonesia ke depan. Ia berharap dukungan dari para pemilih muda untuk bisa melanjutkan pembangunan lima tahun ke depan. Sementara itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengimbau warga tidak golput pada hari pencoblosan. Komisioner KPU Viryan Azis mengatakan, saat ini masyarakat memiliki kesempatan untuk memilih yang harus benar-benar dimanfaatkan. ”Golput itu memang hak, tetapi sudah tak keren. Kerennya itu golput di Orde Baru,” ujar Viryan. Menurut Viryan, golput yang merupakan akronim dari golongan putih pada masa Orde Baru disebabkan banyaknya manipulasi hasil pemilu. Untuk saat ini, jelasnya, tak ada lagi manipulasi-manipulasi hasil pemilu yang membuat orang memilih golput. ”Kalau sekarang apa yang mau digolputkan? Setiap orang punya kesempatan yang sama untuk menggunakan hak pilihnya. Tidak ada intimidasi,” katanya. Viryan mengatakan, golput hanya akan membuat masyarakat merasa rugi. Sebab masyarakat memiliki peran untuk menentukan siapa yang menjadi penentu nasib negara dalam lima tahun ke depan. ”Sekarang nasib mereka ditentukan oleh kita. Setelah pemilu, selama lima tahun, nasib kita yang ditentukan mereka,” pungkasnya. (tem/dtk/lip/els/run)