Puncak perayaan terjadi pada hari ke-15, yang ditandai dengan festival lampion sebagai simbol kebahagiaan dan harapan.
Bagi pria dan wanita lajang, momen ini juga menjadi waktu spesial.
2. Cap Go Meh Lebih Populer di Indonesia
Setiap negara memiliki istilah berbeda untuk perayaan hari ke-15 setelah Imlek.
Di Tiongkok, perayaan ini dikenal dengan nama Yuan Xiao atau Shang Yuan, sementara di Barat disebut Lantern Festival.
Beberapa daerah bahkan menghubungkannya dengan Hari Kasih Sayang.
Baca Juga: Sejarah Panjang IIMS, dari GAIKINDO Cars Exhibition hingga Pameran Otomotif Internasional
Di Indonesia, istilah Cap Go Meh berasal dari dialek Hokkien, di mana "Cap" berarti 10, "Go" berarti 5, dan "Meh" berarti malam.
3. Sejarah Cap Go Meh
Meski memiliki nama berbeda di berbagai negara, makna Cap Go Meh tetap sama, Perayaan ini telah ada sejak 206 SM, pada era Dinasti Han.
Kala itu, perayaan dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Tahi Yi, yang dianggap sebagai Dewa tertinggi.
Pada masa itu, para biksu membawa lentera dalam ritual khusus dan menerbangkannya sebagai simbol melepaskan nasib buruk serta menyambut keberuntungan.
Seiring waktu, tradisi ini berkembang dan diadaptasi oleh berbagai negara dengan tetap mempertahankan maknanya.