METROPOLITAN.ID - Kasus kehilangan tumbler di dalam rangkaian KRL yang menyeret nama Anita Dewi Lestari kembali meluas ke berbagai ranah, termasuk dunia pendidikan.
Setelah namanya viral di media sosial, muncul berbagai klaim yang menyebut bahwa Anita adalah mahasiswa atau alumni salah satu perguruan tinggi swasta ternama, Universitas Sahid. Informasi tersebut beredar begitu cepat sehingga memicu kebingungan publik.
Melihat tingginya penyebaran isu tersebut, Universitas Sahid akhirnya memberikan klarifikasi resmi.
Melalui akun Instagram kampus, pihak universitas menegaskan bahwa Anita Dewi Lestari bukan mahasiswa aktif maupun lulusan Universitas Sahid, sekaligus meluruskan kesalahpahaman yang terlanjur berkembang di masyarakat.
Dalam pernyataan resminya, pihak kampus menjelaskan hasil penelusuran internal terkait riwayat akademik Anita.
“Atas nama ANITA DEWI LESTARI bukan mahasiswa aktif dan bukan lulusan Universitas Sahid. Berdasarkan penelusuran data internal, yang bersangkutan hanya terdaftar selama beberapa semester dan tidak menyelesaikan studi, sehingga tidak termasuk alumni Universitas Sahid,” tulis pihak kampus lewat unggahan Instagram resmi, pada Kamis, 27 November 2025.
Klarifikasi tersebut sekaligus menjadi bentuk penegasan bahwa universitas tidak ingin terlibat dalam pusaran isu viral yang sedang berlangsung.
Kampus menilai bahwa pencatutan nama institusi pendidikan tanpa dasar dapat menimbulkan persepsi keliru dan berpotensi merugikan pihak mana pun.
Dalam unggahan yang sama, Universitas Sahid juga menyampaikan imbauan kepada masyarakat agar tidak mengaitkan kasus tersebut dengan pihak kampus.
“Kami mengimbau seluruh pihak untuk tidak mengaitkan kejadian tersebut dengan institusi Universitas Sahid demi menjaga akurasi informasi dan menghindari kesalahpahaman publik,” tambah pihak kampus.
Lebih jauh, Universitas Sahid meminta masyarakat agar berhati-hati dalam menerima dan membagikan informasi, terutama yang berkaitan dengan identitas seseorang atau institusi tertentu.
Pihak kampus menilai bahwa eskalasi informasi yang berkembang di media sosial sering kali tidak sepenuhnya akurat, sehingga membutuhkan sikap bijak dari publik.
