METROPOLITAN.ID - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI), Retno Marsudi, secara tegas mempertanyakan keabsahan klaim Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengenai keinginan Israel untuk mencapai perdamaian.
Retno menyampaikan sikap Indonesia usai pidato Netanyahu tersebut disampaikan pada Sesi Debat Umum Sidang ke-79 Majelis Umum PBB pada Jumat, 27 September 2024.
Dalam pidatonya, Retno menanggapi pernyataan Netanyahu yang menyebutkan, 'Israel ingin damai' dan 'Israel mendamba perdamaian'. Ia dengan tegas mempertanyakan kredibilitas pernyataan tersebut.
Baca Juga: 4 Cafe di Jakarta Selatan Yang Buka hingga Tengah Malam untuk Nongkrong Bersama Teman
“Apa benar? Bagaimana mungkin kita akan percaya pernyataan itu?” ucap Retno mengajak negara-negara di dunia untuk memberikan tekanan kepada Israel seperti dikutip Metropolitan, Minggu 29 September 2024.
Kemudian, dia juga menyoroti kontradiksi antara klaim perdamaian yang disampaikan Netanyahu dan tindakan militer Israel yang berlangsung bersamaan.
“Kemarin, saat dia di sini, Israel melakukan serangan udara besar-besaran terhadap Beirut yang belum pernah terjadi sebelumnya. PM Netanyahu ingin perang berlanjut. Kita harus menghentikannya, sekali lagi, kita harus menghentikannya,” papar Menlu.
Baca Juga: Jorge Martin Berhasil Sabet Pole Position di Sirkuit Mandalika pada MotoGP 2024
Retno menegaskan pentingnya upaya kolektif dari negara-negara dunia untuk menghentikan kekerasan dan mencapai perdamaian yang sejati.
Lebih lanjut, dirinya mendesak negara-negara yang belum mengakui Palestina untuk segera melakukannya.
“Saya mendesak negara-negara yang belum mengakui Negara Palestina untuk melakukannya sekarang juga! Jika masing-masing dari kita melakukannya, saya yakin hal ini akan berdampak,” ungkapnya.
Tak hanya itu, sambung dia, mengenai pengakuan terhadap Palestina adalah langkah menuju dunia yang lebih damai, adil, dan berperikemanusiaan.
Dia menyoroti peran penting Dewan Keamanan PBB dalam menghentikan kekejaman yang dialami oleh Bangsa Palestina.
“Mandat Dewan Keamanan adalah untuk menjaga dan menciptakan perdamaian, bukan menjaga dan memperpanjang masa perang, atau bahkan lebih buruk lagi, yaitu mendukung pelaku kekejaman,” sambungnya.