METROPOLITAN.ID - Media sosial kini tengah dihebohkan oleh kisah viral dari dokter sekaligus influencer kesehatan, dr Gia Pratama, terkait kisah Rahim Copot.
Cerita ini berawal ketika dr Gia Pratama menjadi tamu di Podcast Raditya Dika.
Disana, ia bercerita terkait dugaan kasus langka seorang perempuan yang mengalami kondisi disebut sebagai rahim copot, usai ditangani dukun beranak justru berubah menjadi polemik besar di kalangan tenaga medis.
Alih-alih menjadi ruang edukasi, diskusi tersebut mendadak jadi ajang silang adu pendapat antar dokter, khususnya dokter spesialis kandungan (SpOG) yang saling melempar komentar bernuansa sindiran.
Respons itu membuat banyak warganet menilai para dokter terlihat seperti saling membully.
“Versi dr Gia: rahim copot. Versi SpOG: inversio uteri. Versi netizen: wah seru nih dokter-dokternya berantem bully-bullyan,” tulis salah satu pengguna media sosial yang turut mengomentari memanasnya perdebatan itu.
POGI Turun Tangan
Melihat perselisihan di ruang publik yang semakin ramai, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) akhirnya angkat suara.
Ketua Umum POGI, Budi Wiweko, menegaskan bahwa tenaga medis memiliki pedoman etik yang harus ditaati saat memberi informasi kesehatan kepada publik.
“Kita sudah ada panduannya. Dalam memberikan info di media sosial, prinsipnya menjunjung aspek etik, profesionalisme, dan kompetensi,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa edukasi harus kembali ke tujuan utamanya: mencegah kasus-kasus berbahaya seperti inversio uteri, kondisi langka ketika rahim terbalik akibat salah penanganan, yang dapat mengancam nyawa ibu.
Baca Juga: Harga Emas Hari Ini 18 November 2025 Naik, Momentum Buying Menguat
“Tentu tujuannya mencegah. Jangan sampai plasenta ditarik paksa setelah persalinan. Itu bisa berbahaya dan menyebabkan kematian,” tegasnya.