berita-hari-ini

Guru Asal Aceh Ingin Motivasi Siswanya Setelah Lulus S-2 di AS

Selasa, 17 Januari 2017 | 06:00 WIB

METROPOLITAN - Keinginan lanjut kuliah di negeri yang memiliki empat musim tak lagi sekadar menjadi angan-angan bagi Erlina Mariana Rosada Sari Siregar. Berbekal beasiswa, guru matematika di SMAN I Ingin Jaya, Aceh itu berhasil menamatkan studi masternya di Western Michigan University di Amerika Serikat (AS).

Erlina mengungkapkan, ingin menjadi role model bagi para siswanya. Menurut dia, selama ini para siswa masih belum termotivasi untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin, apalagi berani kuliah ke luar negeri.

"Dulu saya diajar oleh guru lulusan S-1 atau PGSD. Nah saya berpikir bahwa generasi yang akan datang bisa diajar oleh seorang guru profesional. Supaya guru bisa menjadi role model bagi anak didiknya, dan mereka punya mimpi yang tinggi," ujarnya.

Di sisi lain, alumnus Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) itu juga termotivasi oleh sang ibunda. Sebab, meski ibunya tak lulus SD, dia selalu mendorong Erlina untuk cepat-cepat mengambil S-2. Setelah menjadi pemburu beasiswa, akhirnya Erlina lolos beasiswa USAID PRESTASI dengan berbekal skor TOEFL 450.

"Saya butuh training selama enam bulan karena memang bahasa Inggris saya kurang. Padahal saya sudah kursus. Tapi memang fasilitas kursus di Aceh kan tidak sebaik di Jakarta," kenangnya.

Selama menjalani kuliah di Negeri Paman Sam, wanita berhijab ini masih berhubungan baik dengan para siswanya. Mereka saling berkomunikasi melalui Facebook. Hal ini pun mengobati rasa kangen Erlina kepada suasana sekolah.

"Waktu saya berangkat siswa kelas X dan XI masih kenal. Tapi begitu pulang mereka sudah lulus dan ganti anak baru. Anak-anak baru ini tahu saya guru yang baru pulang dari Amerika. Akhirnya ketika pelajaran mereka tidak bicara dalam bahasa Aceh, tetapi bahasa Indonesia atau Inggris," sebutnya.

Erlina sadar, sekolah SMA tempatnya mengajar didominasi oleh siswa kalangan ekonomi menengah ke bawah. Dia mengungkapkan, akan menggunakan ilmu yang telah diraihnya untuk membuat siswanya tak lagi takut dengan matematika, serta lebih kritis dan aktif dalam mengikuti pelajaran di kelas.

"Saya menerapkan pembelajaran secara aktif. Jadi anak diajak berpartisipasi. Saya tidak langsung memberi jawaban, tapi meminta mereka ikut berpikir. Sekarang secara bertahap, saya tak perlu mengajari A sampai Z lagi karena mereka sebagian sudah bisa menemukan jawaban sendiri. Sedangkan guru hanya mengarahkan," tukasnya.

SUMBER : OKEZONE

Tags

Terkini