WARGA Sumberjaya, RW 08, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, setiap hari selalu waswas terjatuh saat melintasi jembatan sepanjang 18 meter. Betapa tidak, jembatan bambu yang menghubungkan dua desa tersebut sudah memprihatinkan. Bambunya sudah banyak yang keropos dan sewaktu-waktu bisa roboh terbawa arus Kali Sumberjaya.
Warga sekitar, Ahmad Haerudin (35) mengaku jembatan tersebut menjadi urat nadi warga Karacak. Akibat banjir, akses Desa Karacak dan Karyasari terputus. Namun setelah jembatan itu hanyut, warga terpaksa secara swadaya membangun jembatan darurat dari bambu untuk menyeberang sungai.
“Jembatan Sumberjaya merupakan satu-satunya akses untuk keluar kampung. Kalau jembatan ini putus, dipastikan kampung ini terisolasi,” ujar Ahmad kepada Metropolitan.
Setiap hari, lanjutnya, jembatan sepanjang 18 meter ini tak pernah sepi dari hilir mudik warga. Sebab kasihan jika banyak anak sekolah yang pergi dan pulang harus menyeberangi sungai. Apalagi kondisi air sungai saat ini tak menentu.
“Air sungai saat ini sedang besar, maka kasihan jika anak-anak kita harus menyeberang saat pergi dan pulang sekolah,” katanya.
Warga lainnya, Rudi (38) mengatakan, kebutuhan jembatan penghubung yang aman untuk dilalui sangat dinantikan warga dua desa. Sebab pengguna akses ini bukan hanya petani saja, anak-anak sekolah pun melintasinya saat pergi dan pulang sekolah.
“Kami harap bupati Bogor segera membangun jembatan yang layak. Sebab, akses masyarakat di dua desa ini tergantung dari jembatan ini, khususnya untuk mengangkut hasil bumi,” pungkasnya.
Terpisah, Kepala Desa Karacak Dudi menjelaskan, untuk membangun jembatan penghubung dua desa diperlukan anggaran yang cukup besar sehingga tak bisa dikerjakan oleh desa. Pihak desa pun sudah beberapa kali mengajukan pembangunan jembatan lewat musrenbang tingkat kecamatan atau aspirasi dewan. Namun, hingga kini belum juga terwujud. “Semoga pemerintah daerah mendengarkan keluhan warga,” bebernya.(ads/c/yok/run)