METROPOLITAN- -Petinju Indonesia mulai memasuki pelatnas yang dipersiapkan untuk menghadapi SEA Games Malaysia, 19-31 Agustus mendatang. Mereka berjumlah tujuh orang dan didominasi wajah baru. Saat ini tengah menjalani latihan di Sukabumi, Jawa Barat dan ditangani pelatih kepala Adi Swandana serta dibantu oleh dua mantan petinju nasional, Hermensen Ballo dan James Makawimbang.
"Mereka menjalani Pelatnas di Sukabumi dan kita juga dapat arahan dari Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) masalah sport science," ujar Sekjen Pengurus Besar Persatuan Tinju Amatir Indonesia (PB Pertina), Shelly Selowati HS Miranda di Jakarta.
Para penghuni Pelatnas tinju bermuka lama adalah Cornelis Kwangu Langu, peraih medali emas SEA Games Singapura 2015 dan Bram Betahubun. Berdasarkan hasil PON Jawa Barat 2016, Cornelis asal Bali itu meraih medali perak kelas 49 kg, sedangkan Bram Betahubun dari Maluku gagal meraih medali di kelas 75 kg.
Sedangkan lima muka baru diisi oleh Ferdinand Kase (Jawa Barat) yang meraih emas kelas 49 kg, Sunan Agung (Maluku Utara) medali emas kelas 52 kg, Aldoms Suguro (DKI Jakarta), medali perak kelas 52 kg, Saroha Tua Lumban Tobing (Sumatera Utara), medali perunggu kelas 64 kg, dan Joshua Manullang (Jawa Barat), medali emas kelas 81 kg.
Menurut Shelly, pemilihan petinju yang menjalani Pelatnas bukan hanya berdasarkan hasil prestasi pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Barat 2016. Tetapi, ada faktor lain yang menjadi pertimbangan seperti usia, potensi, bakat dan hal-hal lain yang menunjang.
Terkait target, persaingan cabang olahraga tinju pada SEA Games Kuala Lumpur terbilang cukup ketat. Untuk itu, PP Pertina tidak mau menjanjikan muluk-muluk dalam soal target medali emas pada pesta olahraga dua tahunan negara-negara Asia Tenggara tersebut. "Tinju tidak mau menjanjikan yang muluk-muluk. Target dua emas saja di SEA Games Malaysia 2017," jelas Shelly.
Menurutnya, target dua emas di Malaysia itu berkaitan dengan tidak dipertandingkannya tinju wanita. "Sayang, tinju wanita tidak dipertandingkan padahal peluang menambah medali emas cukup besar," klaimnya.
Dalam upaya memenuhi target tersebut, tujuh dari sembilan petinju telah mendapat persetujuan dari Satlak Prima untuk menjalani training camp di Uzbekistan, 1-28 April 2017. Di negara pecahan Rusia itu, mereka juga akan menjalani serangkaian pertandingan dalam upaya menambah pengalaman bertanding.
"Kita memilih Uzbekistan dengan alasan yang cukup kuat. Uzbekistan yang tadinya tidak punya nama di kancah internasional tapi dalam dua tahun bisa membangun prestasi tinju spektakuler dengan merebut tiga emas di Olimpiade Brasil 2016," ungkap Shelly.
"Di sana cukup banyak pertandingan tinju. Jadi, petinju Indonesia bisa memetik pengalaman bertanding dengan petinju berkualitas dan kita juga bisa mempelajari kesuksesan Uzbekistan dalam menjalankan program pembinaan tinju amatir," kata mantan perenang nasional ini.
Bagi Shelly, training camp di Uzbekistan masih kurang apalagi Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Makanya, PB Pertina mencoba mengajukan training camp tambahan ke Kuba yang menjadi kiblat dunia tinju amatir. "Kita sudah mengajukan training camp tambahan. Mudah-mudahan Satlak Prima bisa memenuhinya," tutup Shelly.
Sumber: beritasatu.com