berita-hari-ini

Bandung Yang Diidentikkan Predikat Parijs Van Java, Begini Faktanya!

Sabtu, 1 April 2017 | 17:00 WIB

METROPOLITAN - BANDUNG kerap jadi primadona destinasi wisata domestik maupun mancanegara. Kalau bukan karena ingin blusukan kuliner, pasti warga luar Bandung inginnya belanja berbagai hal terkait fashion.

Ya, Bandung sering jadi sasaran warga kota lain, terutama Jakarta di masa liburan yang enggan memilih kawasan Puncak, Bogor. Pasti deh tuh, kalau lagi tempo lengang dari rutinitas sekolah atau bekerja, berbondong-bondong pada ke kota berjuluk “Parijs van Java”, baik dengan mobil, maupun transportasi kereta api.

Penulis sendiri sudah tak terhitung berapa kali pelesiran ke Bandung kalau lagi bosan di Bekasi, tempat kediaman atau lagi masa libur dari pekerjaan di Jakarta Pusat. Tapi ada rasa penasaran tersendiri di benak, dari mana asal usulnya julukan Parijs van Java dan kenapa mojang-mojang Bandung geulis-geulis pisan?

Well, abaikan pertanyaan terakhir di atas karena rasanya masih lebih menarik mengulas asal usul predikat Parijs van Java. Asal kata Parijs van Java konon muncul di sekitar tahun 1920.

Tepatnya sejak kemunculan Jaarbeurs atau “Bursa Tahunan” di sebuah komplek yang saat ini berada di Jalan Aceh, Kota Bandung. Jaarbeurs itu semacam pasar malam yang biasa menyuguhkan berbagai teater sandiwara hingga musik.

Tidak hanya di Jalan Aceh, pasar malam serupa yang biasa diadakan pada Juni-Juli itu, juga ramai dihelat di kawasan Jalan Braga yang terdapat banyak pedagang pakaian “kekinian” saat itu. Pakaian yang dijual juga banyak yang diimpor dari Paris, Prancis dan berkelanjutan jadi kiblat mode bagi masyarakat layaknya di Paris.

Dari situlah, ditambah suasana Kota Bandung “tempo doeloe” yang banyak gedung-gedung bergaya art deco macam di Eropa, orang-orang Belanda menyebut Bandung sebagai Paris-nya Pulau Jawa alias Parijs van Java.

Adapun yang pertama kali mempopulerkan kalimat “Parijs van Java” itu sendiri, menurut sejarawan Haryoto Kunto dalam bukunya, ‘Wajah Bandoeng Tempo Doeloe’, adalah Roth, seorang pebisnis keturunan Yahudi Belanda.

“Untuk mempromosikan dagangannya di pasar malam tahunan Jaarbeurs pada 1920, Roth mempopulerkan kalimat Parijs van Java,” ungkap Kunto dalam bukunya, ‘Wajah Bandoeng Tempo Doeloe’.

Disebutkan, Roth menambahkan embel-embel nama Paris untuk promosi bisnisnya demi mencuri perhatian khalayak umum pada pasar malam itu. Julukan itu kian kuat dengan bermunculan banyak toko-toko fashion yang “beraroma” Negeri Napoléon itu.

Seperti munculnya toko bernama “Au Bon Marche Modemagazijn”. Pemiliknya bernama A Makkinga yang sebelumnya tokonya bernama “Aug. Hegelsteens Kledingmagazijn”.

Berbagai macam tren pakaian teranyar yang berasl dari Paris ada di toko tersebut dan tentunya, sudah tercantum di banyak majalah yang beredar di Kota Bandung.

Satu lagi, toko ini termasuk toko “kelas satu” dan tentunya hanya orang-orang berduit yang bisa belanja pakaian serba mahal di situ, kendati tokonya punya embel-embel “bon marche” alias murah meriah!

Nah kalau julukan lain Kota Bandung, yakni “Kota Kembang”? Untuk yang satu ini, penjelasannya ternyata bukan karena banyaknya “kembang” alias gadis-gadis jelita yang terdapat di Bandung lho!

Halaman:

Tags

Terkini