METROPOLITAN - Tak salah jika Kecamatan Ciseeng ditunjuk sebagai salah satu kawasan minapolitan di Bumi Tegar Beriman. Sebab, wilayah ini terkenal dengan potensi budi daya berbagai macam ikan yang ada, baik itu ikan konsumsi maupun ikan hiasnya.
Kolam-kolam ikan hias tersebar di sejumlah halaman rumah warga yang menjadi pertanda keseriusan warga Kecamatan Ciseeng membudidayakan ikan hias. Selain kolam, juga banyak dijumpai akuarium. Kolam-kolam seukuran 3x4 meter ini berisi ikan rednose, silver tetra, black ghost dan manfish. Ikan-ikan hias itulah yang menjadi andalan dan laku di pasar ekspor.
Seperti para petani ikan di Desa Parigimekar, warga yang menjadi petani ikan hias kebanyakan hanya membesarkan saja. Dari bibit hingga laku untuk dijual kepasaran. Biasanya mereka membesarkannya selama 30 sampai 40 hari saja. Selama itu ikan rednose misalnya, yang dibeli seharga Rp100 per ekor laku dipasarkan Rp300 sampai Rp400 per ekornya.
Pesatnya perkembangan permintaan ikan hias, menambah semangat sekitar 60-an kepala keluarga yang menggatungkan hidupnya dari ikan hias. Sejak 1990, saat awal usaha ini berkembang, relatif kehidupan ekonomi para petani ikan hias menunjukkan peningkatan yang semakin membaik.
Seorang petani ikan hias, Arif (36), berharap dapat berhubungan langsung dengan eksportir tanpa perantara. “Dengan harapan bisa mendapatkan untung dan bisa membesarkan lagi usaha ini,” terangnya kepada Metropolitan, kemarin.
Informasi terhimpun, Desa Parigimekar terdapat telaga seluas 6 hektar milik Pemerintah Kabupaten Bogor. Telaga inilah yang dimanfaatkan warga untuk membudidayakan ikan hias lokal, seperti ikan maskoki, tossa, oranda, oscar, silver dollar dan rambo.
Ratusan jaring terapung milik petani ikan hias terpasang di telaga. Pagi dan sore hari akan dijumpai pemandangan lain di Parigimekar. Saat itu adalah waktu memberi makan ikan hias yang berada di jaring apung.
Waktu itu dimanfaatkan pula untuk membersihkan jaring, agar jaring tetap bersih yang membuat pertumbuhan ikan hias yang kebanyakan untuk pasar lokal menjadi lebih baik. Kumpulan ikan hias yang beraneka warna bisa terlihat di sini, saat menaburkan pelet makanan ikan.
Menurut Aming, petani ikan hias lainnya, pertumbuhan ikan hias di jaring lebih baik karena hamanya berkurang, sehingga memudahkan perawatan. Di telaga juga banyak rakit bambu yang merupakan alat untuk menjangkau jaring apung.
“Kebanyakan para petani ikan hias di sini memiliki rakit bambu. Belasan tahun usaha yang dijalani para petani ikan hias di Parigimekar telah membawa kepada kehidupan yang lebih baik. Alhamdulillah, rata-rata berpenghasilan Rp2 hingga Rp5 juta setiap bulannya,” paparnya. (yos/b/yok/