METROPOLITAN - Tak kurang dari empat hektare, dari total keseluruhan 680 hektare Desa Kiarapandak di Kecamatan Sukajaya, dimanfaatkan untuk pertanian buah salak. Bahkan desa ini identik dengan hasil panen buah yang memiliki kulit berduri tersebut. Saat ini buah salak sendiri menjadi ikon. Ke depan, hasil tani itu pun akan dikembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk dikembangkan di sektor pendistribusian. Tujuannya agar masyarakat bisa merasakan hasil panen buah tersebut. Sekretaris Desa (Sekdes) Kiarapandak Evhot mengatakan, keberadaan lahan pertanian tersebut sudah ada sejak 2011. ”Hasilnya diproduksi menjadi beragam makanan, di antaranya keripik dan manisan salak,” paparnya. Ia menjelaskan, salak berkualitas dibanderol Rp6.000 per kilogram dan menjadi buah tangan tamu yang berkunjung ke Desa Kiarapandak. ”Tentu ini merupakan potensi. Ke depan kita akan gali lebih dalam untuk menjadi penghasilan. Baik meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes) maupun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat yang berdomisili di 20 kampung,” bebernya. Evhot mengaku pihaknya juga akan melakukan pemberdayaan dengan potensi yang saat ini tersedia. Yakni dengan bibit salak yang nantinya ditanam di setiap pekarangan rumah warga Desa Kiarapandak. (yos/b/yok/run)