berita-hari-ini

7 Kecamatan Terserang DBD

Kamis, 24 Januari 2019 | 09:04 WIB

METROPOLITAN - Seorang warga di Sukabumi meninggal dunia setelah terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD). Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi menyebutkan, awal hingga 22 Januari 2019 tercatat sebanyak 34 warga Kota Sukabumi terjangkit virus yang ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti itu. ”Pada Januari ini memang ada satu kasus yang didiagnosis dengue shock syndrome hingga mengakibatkan satu orang meninggal,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Sukabumi Lulis Deliawati. Ia menuturkan, untuk kasus DBD di Kota Sukabumi pada 2019 ini, terjadi sedikit peningkatan dibanding pada Desember 2018. Apalagi jika dibandingkan November 2018, terjadi ada peningkatan kurang lebih 100 persen. ”Pada 2019, sepanjang Januari ini, sudah ada 34 kasus DBD dan satu di antaranya meninggal dunia,” tuturnya. Ia mengatakan, kembali maraknya kasus DBD itu akibat sejumlah faktor. Di antaranya musim hujan yang berdampak pada banyaknya genangan air sehingga menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk. ”Penyebab DBD berasal dari virus yang vektornya nyamuk aedes aegypti. Terlebih lagi saat ini musim hujan, jadi inilah salah satu faktor yang mungkin menyebabkan terjadinya peningkatan kasus DBD,” jelasnya. Untuk mencegah kasus DBD, ia mengimbau masyarakat rutin melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan rumahnya masing-masing. Selain itu juga meningkatkan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus. ”Juga akan didukung dengan gerakan satu rumah satu jumantik yang akan dilaksanakan serentak di seluruh wilayah Kota Sukabumi,” ungkapnya. Dinkes menyatakan penyebaran kasus DBD meluas di Kabupaten Sukabumi. Saat ini kasus DBD dilaporkan menyebar di tujuh kecamatan. Sebelumnya di awal Januari 2019, kasus DBD hanya di dua kecamatan yakni Kecamatan Cikembar dan Cicantayan. ’’Saat ini kasus DBD berada di tujuh kecamatan,’’ ujar Wakil Supervisor DBD Dinkes Kabupaten Sukabumi Joppy JR. Ketujuh daerah itu yakni Kecamatan Cikembar, Parungkuda, Cicantayan, Nagrak, Sukaraja Sukabumi dan Warungkiara. Sementara jumlah kasus DBD positif dari awal Januari hingga 23 Januari 2019 mencapai 20 orang. Sementara warga yang suspect penyakit DBD sebanyak 24 orang. Joppy menuturkan, hingga kini belum ada warga yang meninggal dunia akibat DBD di Kabupaten Sukabumi. Di awal tahun, kasus DBD biasanya memang naik. Terlebih dengan kondisi musim hujan yang intensitasnya cukup tinggi. Meluasnya kasus DBD ini pun harus diwaspadai masyarakat. ’’Kami mengimbau masyarakat sama-sama menjaga kebersihan di rumah masing-masing,’’ pintanya. Misalnya membersihkan halaman rumah, lingkungan dan tempat yang bisa tergenang air hujan. Joppy mengatakan, tempat yang tergenang air bisa menjadi lokasi perindukan nyamuk DBD. Medianya seperti kaleng bekas, ban bekas maupun botol air mineral. Harapannya, warga menimbun sejumlah barang tersebut dan jangan dibuang sembarangan. Warga, lanjut Joppy, disarankan menguras bak kamar mandi secara rutin. Selain itu, toren air juga diberi bubuk abate. ’’Dinkes menyediakan dan memasok bahan abate ke puskesmas,’’ ujarnya. Di sisi lain, Dinkes juga mengupayakan fogging atau pengasapan yang dilakukan sesuai prosedur tetap yang ada dalam penanganan kasus DBD. Kepala Bidang P2P Dinkes Kabupaten Sukabumi Damayanti Pramasari mengatakan, pengasapan misalnya telah dilakukan di Desa Kertaraharja dan Parakanlima, Kecamatan Cikembar, pada Senin (14/1). Sebelum fogging, ungkap Damayanti, petugas Dinkes dan puskesmas sudah turun ke lapangan melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE). Di daerah tersebut, awalnya ada sepuluh warga yang suspect terkena DBD. Selanjutnya, Damayanti menuturkan, wilayah terdapat kasus DBD tersebut dilakukan sosialisasi penanggulangan bahaya DBD kepada masyarakat. Tahapan berikutnya yakni dilakukan kunjungan rumah dan gerakan PSN. Setelah tahapan itu, lalu dilakukan pengasapan atau fogging. Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Kabupaten Sukabumi, Dwi Asmarajaya, mengatakan bahwa upaya fogging itu dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar. “Sehingga upaya penanganan bisa lebih cepat dan tepat sasaran,” ujar Dwi. Di Kecamatan Cikembar misalnya, melibatkan Klinik Harapan Hidup, aparat polsek, kepala desa Kertaraharja dan Parakanlima, Kecamatan Cikembar. Selain itu, keterlibatan tokoh masyarakat dan pemuda dalam melakukan penanganan kasus DBD di tengah masyarakat. (rpk/kmp/mam/run)

Tags

Terkini