METROPOLITAN - Dampak kemarau dirasakan warga Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi. Warga mulai kesulitan mencari sumber air untuk kebutuhan rumah tangga, seperti mandi dan mencuci.
Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Tegalbuleud Yudiansyah menjelaskan ada beberapa kampung yang terdampak kekeringan, diantaranya Kampung Puncakmalanding dan Gerendel di Desa Sumberjaya, Kampung Pasirsalam di Desa Nangela, Kampung Cibangkoak di Desa Rambay dan Kampung Cilame di Desa Buniasih. "Di kampung-kampung tersebut warga mengambil air dari sungai, dari sumur yang masih ada airnya dan resapan air dari hutan," jelasnya, Kamis (11/7).
Sementara warga Kampung Pasirsalam, Desa Nangela, Imat (50), mengaku hampir dua bulan terakhir langganan mengambil air dari resapan air hutan Citeureup. Untuk mendapatkan air bersih, warga harus berjalan kurang lebih dua kilometer. "Kadang-kadang pakai motor, kadang-kadang pakai mobil bak terbuka. Biasanya kalau pagi dan sore, bisa ngantre panjang di lokasi ini," kata Imat.
Di tempat yang sama, warga Kampung Gerendel, RT 01/08, Desa Sumberjaya, Kecamatan Tegalbuleud, Irmawati (40), mengatakan bahwa lokasi resapan air yang bisa diakses warga berada di lahan PTPN VIII Cikaso. Setiap tahun saat kemarau, warga memang biasa mengambil air di lokasi tersebut. "Sumber air itu bisa bertahan sampai kemarau sembilan bulan. Anehnya kalau musim kemarau airnya semakin banyak. Ini andalan di kala musim kemarau," ujarnya.
"Memang di Kampung Gerendel ada dua sumber air. Yang pertama sumur peninggalan zaman Belanda, ukuran 2x4 meter, kedalaman sekitar 11 meter. Namun sekarang disedot pakai mesin untuk kebutuhan karyawan dan satu lagi di sumber air Citeureup," terangnya.
Kepala Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi Daeng Sutisna mengatakan, sudah ada tujuh kecamatan pada musim kemarau ini yang mulai mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. "Kesulitan air bersih ini karena dampak bencana kekeringan yang sudah terjadi sejak Juni," kata Daeng di Sukabumi, Rabu (10/7).
Kecamatan yang terdampak kekeringan di antaranya di Cidadap, Gegerbitung, Tegalbuleud, Waluran, Cikembar, Gunungguruh dan Cicurug. Namun tidak menutup kemungkinan jumlah kecamatan yang warganya kesulitan air bersih itu bertambah. Karena itu untuk meringankan penderitaan warga yang terdampak, BPBD sudah menyalurkan air bersih ke sejumlah lokasi, seperti di Desa Cijurey, Kecamatan Gegerbitung.
Di desa tersebut, ratusan warganya sudah kesulitan mendapatkan air bersih. Bahkan warga harus berjalan hingga beberapa kilometer untuk mencari air. Sumur milik warga sudah kering. Meskipun ada airnya, kondisinya keruh dan mengeluarkan bau sehingga tidak bisa digunakan.
Untuk menyalurkan air bersih itu, Daeng menyiagakan enam unit truk tanki berkapasitas 5.000 liter milik BPBD, Pemkab Sukabumi maupun Palang Merah Indonesia (PMI). "Untuk pipanisasi, kami masih berkoordinasi. Sebab pemasangannya harus ada sumber air dahulu dan disesuaikan dengan kebutuhan warga," katanya.
Di sisi lain, hingga kini ia masih menunggu Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk segera menetapkan status tanggap darurat bencana yang biasanya setelah ada penetapan di tingkat provinsi, kepala daerah di tingkat kabupaten atau kota segera menyesuaikan dengan menetapkan status tersebut. Namun, BPBD Kabupaten Sukabumi tetap melakukan penanggulangan dan memberikan bantuan kepada warga yang mengalami kesulitan air bersih. (re/feb/run)