berita-hari-ini

FKM UI Teliti soal Kesehatan Karyawati Pabrik

Selasa, 5 November 2019 | 09:30 WIB
AKRAB: Mahasiswa FKM UI didampingi dosen dan Muspika Cikembar foto bersama usai menggelar seminar kesehatan reproduksi karyawati pabrik.

METROPOLITAN - Universitas Indonesia (UI) menggelar se­jumlah pertemuan bersama Musyawarah Pimpinan Keca­matan (Muspika) Desa Bojong­raharja, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, dalam menyikapi persoalan kesehatan reproduksi sejak berdirinya pabrik. Dosen Fakultas Kese­hatan Masyarakat (FKM) UI Tris Eryando menjelaskan, berdasarkan laporan Puskesmas Cikembar sejak berdirinya pa­brik yang mempekerjakan wanita di usia produktif ba­nyak terjadi perilaku menyim­pang, seperti hamil di luar nikah, kematian ibu dan bayi, bahkan penyakit menular aki­bat seks bebas. ”Kita bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Badan Kependudu­kan dan Keluarga Berencana Daerah (BKKBD) dan Yan­kesbi institusi pendidikan di sini mencoba melakukan in­tervensi tentang kesehatan reproduksi. Supaya setidaknya kita bisa mengurangi risiko hal tersebut. Makanya hari ini melakukan penguatan inter­vensi reproduksi,” tuturnya. Menurutnya, modul yang dipakai sudah sesuai isu atau permasalahan reproduksi yang ada di Kecamatan Cikembar. Kedua gaya bahasa atau lite­rasi yang ditetapkan pihaknya berpacu pada kaidah bahasa yang mudah diserap. Sebab, banyak dari mereka yang tidak paham akan hal itu. Sehingga ke depan hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi akan bisa mudah dicerna. ”Kita sebelumnya bangun hipotesis terlebih dahulu ter­kait banyak berdirinya garmen dan dampaknya. Ternyata Desa Bojongraharja ini yang paling banyak terdampak dengan banyaknya pekerja perempuan. Hasilnya hipote­sis itu benar modul yang kita pakai sesuai dan gaya bahasa yang diterpakan harus bisa dicerna,” imbuhnya. Sementara itu, Petugas La­pangan Keluarga Berencana (PLKB) Desa Bojongraharja, Kecamatan Cikembar, Kabu­paten Sukabumi, Dadan Ram­dan, mengaku telah melakukan sosialisasi kepada setiap warga. Namun yang menjadi perma­salahan yakni banyaknya ka­ryawan yang berpindah-pindah lokasi tempat tinggal, sehingga pendataan selalu berubah-ubah. ”Kami terus lakukan sosiali­sasi,. Intinya ini butuh kerja sama setiap unsur,” tutupnya. (dna/ade/suf/run)

Tags

Terkini