berita-hari-ini

Bandung Barat, Penyangga Cabai Keriting Jabodetabek

Jumat, 17 Januari 2020 | 14:32 WIB

METROPOLITAN.ID - Cabai sebagai salah satu komoditas pangan pokok selalu dibutuhkan oleh masyarakat setiap harinya. Preferensi konsumen Indonesia yang lebih menyukai cabai segar dibandingkan kering maupun olahan menjadikan cabai sebagai komoditas non-substitusi yang wajib tersedia sepanjang waktu. Tak heran apabila komoditas ini kerap menjadi penyebab inflasi karena pergerakan harganya yang berfluktuasi mengikuti jumlah produksi dan distribusi hariannya.

Sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, bahwa Kementerian Pertanian harus mampu memastikan ketersediaan dan menjamin pasokan bahan pangan bagi rakyat Indonesia, termasuk cabai. Ketersediaan cabai di Jabodetabek khususnya di Pasar Induk Kramat Jati dan Pasar Induk Cibitung disuplai dari beberapa kabupaten sentra, salah satunya Bandung Barat. Kabupaten yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Bandung ini merupakan sentra cabai merah keriting di Jawa Barat.

-

Kepala Seksi Prasarana dan Sarana Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bandung Barat Riyanto, menyampaikan bahwa berdasarkan data BPS, produksi cabai besar di Bandung Barat tahun 2018 mencapai 14 ribu ton, naik 82% dari tahun sebelumnya.

“Sentra cabai berada di Kecamatan Lembang, Parongpong, Cisarua, Saguling, dan Cililin. Berdasarkan luas tanam yang ada, perkiraan produksi cabai besar di Bandung Barat bulan Januari sebesar 280 ton, Februari 504 ton, dan Maret 552 ton. Harga di pasar saat ini merangkak naik di kisaran Rp 50 ribu, tetapi prediksi kami harga akan turun lagi bulan Februari karena sudah banyak panen," ungkap Riyanto.

Ditemui di lahan miliknya, Ajat, ketua Kelompoktani Panen Lestari di Desa Langensari, Kecamatan Lembang mengatakan bahwa kelompoknya memasok cabai merah keriting ke Pasar Induk Kramat Jati dan TTIC Pasar Minggu. Rata-rata pasokannya 1-2 ton setiap tiga hari sekali. Kelompoktani yang berdiri sejak tahun 2010 ini menanam cabai secara tumpang sari dengan tomat. Varietas cabai yang banyak ditanam adalah Serambi dengan produktivitas 0,5-0,8 kg per pohon atau 10 ton per hektare.

“Luas tanam cabai di Desa Langensari mencapai 50 hektare jika tanam serempak. Tapi biasanya petani menanam cabai tergantung ketersediaan modal. Biaya yang diperlukan cukup mahal, bisa mencapai Rp 80 juta. Bahkan saat musim hujan lebih mahal lagi, bisa Rp 100 juta. Kalau dihitung per kilo, biaya produksi Rp 15-18 ribu. Jadi dengan harga jual saat ini Rp 35 ribu di tingkat petani, kami bersyukur bisa dapat untung," katanya.

Halaman:

Tags

Terkini