METROPOLITAN.id - Jelang Ramadan dan Idul Fitri yang tinggal beberapa bulan lagi, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) memastikan stok pangan asal hewan yang terdiri dari daging ayam dan telur ayam ras serta daging sapi, dalam kondisi aman. Kepastian itu disampaikan, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita, Jum'at, (6/3). Menurutnya, berdasarkan hasil Survei Konsumsi Bahan Pokok (VKBP) 2017 dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2019 yang dilaksanakan BPS RI, konsumsi daging ayam ras sebesar 12,79 kilogram per kapita per tahun. Kebutuhan daging ayam ras sampai Mei 2020 diperkirakan sebesar 1.450.715 ton. Sementara berdasarkan potensi produksi daging ayam ras sampai Mei 2020, diperkirakan sebesar 1.721.609 Ton. "Sampai Mei 2020, diperkirakan terdapat surplus daging ayam ras sebesar 270.894 ton, atau rata-rata surplus sebesar 54.179 ton per bulan," terang Ketut. Terkait telur ayam ras, berdasarkan hasil Survei VKBP 2017 dan Susenas 2019, konsumsi telur ayam ras sebesar 18,16 kilogram per kapita per tahun. Kebutuhan telur ayam ras sampai Mei 2020 diperkirakan sebesar 2.059.735 ton. Sementara berdasarkan potensi produksi telur ayam ras sampai Mei 2020, diperkirakan sebesar 2.084.641 ton. "Berarti masih ada surplus sebesar 24.906 ton atau 4.981 ton per bulan,” jelasnya. Untuk konsumsi daging sapi atau kerbau, berdasarkan hasil Survei VKBP 2017 dan Susenas 2019, sebesar 2,66 kilogram per kapita per tahun. Kebutuhan daging sapi/kerbau sampai Mei 2020 diperkirakan sebesar 302.300 ron. Adapun ketersediaan daging sapi/kerbau sampai Mei 2020 berdasarkan produksi dalam negeri sebesar 165.478 ton. Dari data tersebut, masih diperlukan tambahan sebanyak 136.822 ton yang akan dipenuhi melalui impor daging sapi/kerbau sebesar 103.043 Ton dan sapi bakalan 252.810 ekor atau setara 56.659 ton daging. Hal tersebut berdasarkan kondisi realisasi impor sampai dengan tanggal 5 Maret 2020. "Artinya sampai Mei 2020, kita akan ada akumulasi surplus daging sebanyak 22.880 ton," ucapnya. Ketut berharap, surplus produksi produk pangan asal hewan ini dapat dikelola lebih lanjut menjadi sumber devisa melalui ekspor ataupun diolah menjadi produk olahan untuk menambah nilai jual. “Dengan data-data produksi dan konsumsi tersebut, saya yakin sampai Mei 2020 stok pangan asal hewan mencukupi," tegas Ketut. Menurutnya, secara umum Indonesia sudah mandiri dalam penyediaan protein hewani dalam negeri. Dimana untuk kebututuhan daging ayam dan telur ayam ras sepenuhnya merupakan produksi dalam negeri, bahkan masih ada surplus. Meski demikian, khusus untuk daging sapi, ketersediaannya masih memerlukan dukungan impor. Ketut yakin dengan program peningkatan produksi dan produktivitas sapi dan kerbau yang dilaksanakan pemerintah saat ini, swasembada daging sapi dapat tercapai pada 2026. "Kami harap dengan ketersediaan stok pangan asal hewan yang cukup ini, harga semestinya tetap stabil sampai selesai Lebaran nanti dan konsumen bisa tenang," tandasnya. (*/fin)