METROPOLITAN.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor bersiap untuk menggelar vaksinasi tahap kedua,yang rencananya akan digelar Maret mendatang. Wakil Wali Kota Bogor, Dedie Rachim mengungkapkan pihaknya sudah mengajukan 16 ribu dosis. "Tahap kedua diprioritaskan kepada pelayanan publik tokoh agama, masyarakat, totalnya sekitar 16 ribuan," ungkap Dedie kepada Metropolitan.id, Kamis (18/2). Untuk tahap kedua nanti, Dedie mengungkapkan vaksin yang akan digunakan di Kota Bogor masih dari Sinovac. Sedangkan untuk sasarannya sendiri, terdiri dari 13 kategori. Yaitu anggota DPRD Kota Bogor, TNI/Polri, pejabat pemerintah Kota Bogor, ASN dan Non-ASN di lingkungan Pemkot Bogor, pegawai BUMD, guru/dosen, tokoh agama, pelaku pariwisata, pedagang pasar, organda, pengemudi ojek/taksi online dan wartawan. "Untuk pengiriman sendiri masih menunggu instruksi pusat. Karena saya kemarin sudah menanyakan ke Bandung, tapi katanya menunggu dari pusat," tegas Dedie. Ia mengaku secara keseluruhan Kota Bogor mengajukan 700 ribu dosis vaksin ke pemerintah pusat. Pengajuan itu berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan Pemkot Bogor. Yakni dari 1,1 juta penduduk Kota Bogor, terdapat beberapa kategori yang tidak diperbolehkan menerima vaksin yaitu masyarakat dengan rentan usia dibawah 17 tahun dan lansia diatas 59 tahun. "Tetapi dengan kebijakan pemerintah yang baru, di mana penyintas boleh, komorbid (terkontrol) boleh, manula boleh, artinya perkiraan saya mungkin total warga bogor yg berhak dapat vaksin kurang lebih mencapai 800 sampai 900 ribu dari 1,1 juta jiwa nantinya," tandasnya. Terpisah, Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Erna Nuraena, mengungkapkan hingga Selasa (16/2) lalu, sudah 13.018 vaksin yang digunakan. Erna pun merinci dari 13.018 dosis vaksin yang sudah disuntikkan, sebanyak 8.413 dosis dari tahap pertama dan sebanyak 4.605 dosis dari tahap kedua. Sehingga total ada 13.018 atau 78,31 persen vaksin yang sudah disuntik. Data lainnya menunjukkan, kata dia, dari tahap pertama dan kedua ada 2.413 vial vaksin yang tidak disuntikkan. Hal itu karena nakes yang teregistrasi tak lolos skrining. Rinciannya, pada tahap pertama, ada 2.321 vial atau 21,29 persen dan di tahap kedua ada 92 vial atau 1,93 persen vaksin yang tidak disuntikkan. Sehingga total vaksin yang tidak disuntikkan sebanyak 2.413 vial. "Adapun total sisa vaksin (dari yang sudah terdistribusi ke fasyankes) sebanyak 3.605 vial. Vaksin tahap satu sebanyak 747 vial dan sisa tahap kedua sebanyak 2.858 vial," tukasnya. Vaksin yang tidak terpakai itu dialokasikan untuk nakes yang belum masuk sasaran awal. Artinya akan disuntikkan untuk sasaran berikutnya. (dil/b/ryn)