METROPOLITAN.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor mulai membuka kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di sekolah. Ini menyusul penurunan Level 3 Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di wilayah Bogor dan sekitarnya. Meski demikian, Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bogor, Burhanudin meminta semua pihak tetap waspada. Pergerakan anak-anak saat sekolah sudah mulai dibuka harus tetap dikontrol khawatir terpapar dari luar sekolah. Lelaki yang karib disapa Burhan ini meminta semua pihak mulai dari Dinas Pendidikan (Disdik), kepala sekolah, dewan sekolah hingga orang tua siswa bekerja sama memantau anak-anaknya. Orang tua harus sama-sama mengontrol anaknya, seperti mengetahui berapa jam mereka di sekolah dan jam berapa harus pulang ke rumah. "Bisa saja mereka di sekolah tidak kena (Covid-19), tetapi kena saat berkerumun dengan teman-temannya di luar sekolah atau di jalanan. Jangan sampai nanti jika ada yang positif, menyalahkan sekolah karena dibuka, karena dalam pelayanan publik, keselamatan orang yang utama, jangan sampai orang jadi korban karena kelalaian kita. Kita insyaallah niatnya baik, tapi jangan sampai hasilnya tidak baik. Jadi rencana membuka sekolah harus betul-betul terukur,” ujar Burhan. Menurutnya, semua jajaran, termasuk dewan sekolah dan orang tua harus ikut melakukan sosialisasi melalui berbagai macam cara. Mereka juga bersama-sama mengontrol pergerakan setiap anak, terutama setelah jam sekolah selesai. “Silahkan dikaji, karena prinsipnya sudah ada instruksi dan sudah ada juga yang minta untuk dibuka. Tetapi saya ingatkan harus hati-hati dan tetap waspada, Covid varian delta masih ada,” ungkap Sekda Burhanudin," tegasnya. Burhan juga mengingatkan agar jajarannya mengkaji lebih hati-hati rencana pembukaan sekolah untuk pembelajaran tatap muka terbatas. Burhanudin menjelaskan, masih ada beberapa kecamatan yang pertambahan kasus covidnya masuk ke dalam 10 besar. Untuk itu, rencana pembukaan sekolah harus dikaji dengan hati-hati. “Kalaupun dibuka bagaimana Protokol Kesehatan yang akan dilaksanakan, minimal protokol 5M itu sudah standar. Kemudian jika ada anak diukur suhunya tinggi, langkahnya harus seperti apa, jadi harus paham. Karena dalam pelayanan publik, keselamatan manusia itu di atas segala-galanya,” ungkap Burhanudin. Selain itu, ia meminta jajarannya melakukan pemetaan. Tiap sekolah harus memiliki data tentang kondisi Covid-19 di wilayahnyam “Hati-hati membuka sekolah di wilayah yang masih tinggi kasusnya. Saya minta ada semacam pemetaan wilayah. Misalnya sekolah A ini masuk kecamatan wilayah mana, kondisinya seperti apa, dan bagaimana cara menerapkan protokol kesehatannya,” tegasnya. (fin)