METROPOLITAN.id - Di tengah pandemi PT Sentul City Tbk berhasil melanjutkan kinerja positif dengan membalikkan rugi menjadi untung Rp 313,36 miliar dari sebelumnya di periode yang sama tahun lalu merugi Rp 323,35 miliar. Hasil itu, mampu diraih berkat meningkatnya penjualan retail serta block sales kepada investor-investor lokal maupun internasional. Presiden Direktur Sentul City Tjetje Muljanto menjelaskan, sepanjang 9 bulan pertama, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp 2,6 triliun, jumlah itu naik Rp 2,4 triliun atau 959% secara tahunan. “Kenaikan pendapatan, ditopang oleh adanya transaksi penjualan lahan siap bangun dan bangunan senilai Rp 2,4 Triliun atau 2.066 % dibanding periode yang sama tahun sebelumnya,” jelasnya dalam keterangan resmi, Senin (1/11). Secara rinci, lanjut Tjetje, pertumbuhan berasal dari penjualan retail serta block sales kepada investor-investor lokal maupun internasional yang berhasil dilakukan pada masa pandemi. Selain itu, pendapatan perusahaan juga ditopang oleh kenaikan pada bisnis yang dioptimalkan oleh anak-anak perusahaan seperti operasional hotel, restoran dan taman hiburan yang mampu menyumbang sebesar Rp 80 miliar, meningkat 24% dari tahun lalu. Kenaikan pendapatan dari sektor hotel, restoran dan taman hiburan disebabkan karena Sentul City memiliki daya tarik yang besar sebagai kota mandiri berkonsep green living yang dapat menjadi destinasi wisata sarat dengan nuansa alam. “Capaian itu, menunjukkan bahwa bisnis properti tetap memiliki peluang yang baik untuk saat ini dan ke depannya. Pun, menunjukkan minat investor dalam dan luar negeri untuk investasi di Sentul City semakin meningkat,” ujarnya. Menurut Tjetje, hal ini sejalan dengan mulai pulihnya aktivitas sektor riil karena program vaksin yang dilaksanakan oleh pemerintah. Perseroan mengutip data dari laman vaksin.kemenkes.go.id. jumlah vaksinasi telah mencapai 56,31 % atau sebanyak 117.273,576 orang yang sudah divaksin tahap pertama. Kemudian, hingga akhir September 2021, total aset Sentul City tercatat sebesar Rp 17 triliun yang terdiri atas aset lancar Rp 5,82 triliun dan aset tidak lancar Rp 11,23 triliun. Masih di periode yang sama, total Liabilitas perseroan mengalami penurunan sebanyak 20% atau Rp 1,6 triliun menjadi Rp Rp 6,5 triliun. Penurunan liabilitas itu, didominasi oleh liabilitas jangka panjang bank sebesar Rp 873 Miliar atau 42 % secara Year to Date (YTD). “Hal ini, mengonfirmasi bahwa perusahaan mampu memenuhi komitmen untuk memenuhi kewajiban kepada pihak ketiga dengan baik. Tercermin, dari performance bank debt (Including MTN) to equity menjadi 21,15 % yang sangat sehat yakni jauh di bawah 100% atau dapat dikategorikan terendah diantara industri properti di Indonesia,” kata Tjetje. Ke depan, Tjetje menambahkan, bahwa perusahaan akan terus berkomitmen untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya kepada pihak ketiga. Ditandai dengan tidak adanya gagal bayar kepada bank selama ini. Perusahaan juga fokus, terhadap proyek-proyek yang sudah dikembangkan sebelumnya. Salah satunya yakni progress pembangunan Saffron Apartment yang sudah mencapai 65% dan Cluster Green Mountain 87% sampai dengan September 2021. “Perseroan juga tengah bernegosiasi dengan tujuh investor dari dalam dan luar negeri, beberapa diantaranya adalah developer dan mall operator yang siap bekerjasama dengan Sentul City melalui pola KSO, revenue sharing, sistem sewa lahan maupun jual beli putus,” terangnya. (*/mam)