Oleh: Maria Fitriah Tepat 3 Juni 2022, Bogor genap mencapai usia 540. Siapa yang tidak kenal Bogor sebagai Kota Hujan? Tentu mayoritas masyarakat sudah mengenalnya. Kota hujan dengan lingkungan yang lestari menjadi idaman warga Bogor. Istilah ‘lestari’ sesuai dengan tema yang diusung pada peringatan Hari Jadi Kota Bogor yaitu ‘Abhinaya Satya Lestari’. Abhinaya memiliki arti semangat, satya mengandung makna tulus, dan lestari artinya tidak berubah, bertahan, terus hidup. Hal ini dimaksudkan semangat yang tulus untuk menghadirkan program-program berkelanjutan bagi lingkungan agar bumi terus hidup atau lestari. Pemimpin maupun rakyat harus bahu-membahu memiliki semangat yang sama tanpa tujuan lain. Sesuai dengan Greenleaf dalam Lantu (2007) yang mendefinisikan servant leadership sebagai suatu kepemimpinan yang berawal dari perasaan tulus dan timbul dari dalam hati yang berkehendak untuk melayani (Akbar & Mulyana, 2014). Tidak hanya pemerintah, tetapi kita sebagai warga Bogor turut andil mewujudkan lingkungan yang menjadi idaman. Program-program yang dijalankan secara berkelanjutan tetap harus selalu mendapat dukungan warganya. Hanyalah impian kosong jika tidak bekerja sama dengan baik dalam melalui kolaborasi. ‘Abhinaya Satya Lestari’ Kota Bogor dapat tercipta dalam keindahan taman kota, industri kreatif dalam pemberdayaan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), serta seni budaya Sunda. Kita semua yang melestarikan keindahan taman kota. Bogor mendapat julukan juga sebagai “kota sejuta taman”. Beberapa taman Kota Bogor di antaranya Taman Sempur, Taman Cipaku, Taman Corat Coret, Taman Heulang, Taman Kencana, dan sebagainya. Inilah yang menjadi pesona warga dan wisatawan yang tidak kalah dengan keindahan kota lain. Kehadiran taman menjadi salah satu alternatif wisata tanpa menguras kantong. Kebun Raya Bogor tetap menjadi landmark Bogor di tengah kota yang memiliki 5 pillar (konservari, edukasi, penelitian, wisata alam, dan jasa lingkungan). Kita dapat bersepeda dan berlari di sekitar Kawasan Kebun Raya Bogor untuk sarana olah raga selain taman kota. Kini warga Bogor antusias mengunjungi Alun-alun Kota Bogor yang sudah diresmikan Gubernur Jawa Barat bersama Wali Kota Bogor pada 17 Desember 2021. Mengingat situasi pandemi mencegah penularan Covid-19, sempat ditutup sementara dari Hari Raya Natal 2021 hingga 14 Maret 2022. Selain itu, ada kebijakan yang menunjukkan pro atau mendukung industri kreatif lokal yang akan mampu membangkitkan perekonomian pascapandemi. Berdasarkan Peraturan Wali Kota (Perwali) Nomor 30 Tahun 2022, mengatur tentang pakaian dinas bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lingkungan Pemkot Bogor. Dalam peraturan tersebut, setiap Selasa ASN diwajibkan menggunakan pakaian kasual dengan produk lokal, pakaian dinas tradisional Sunda setiap Kamis, dan memakai batik atau etnik setiap Jumat. Ini dimaksudkan sebagai penggerak kebangkitan produk lokal dan UMKM. Upaya memberdayakan UMKM berperan penting memutarkan roda kehidupan masyarakat sejahtera. Dengan demikian, diharapkan mampu terciptanya pemulihan ekonomi yang sempat terpuruk selama pandemi. Pemerintah Kota Bogor menyelenggarakan berbagai pelatihan dengan konsep era milenial. Pelaku UMKM sangat penting mendapatkan pengetahuan dan keterampilan pada platform digital. Harapannya adalah meningkatkan kapasitas pemasaran produk yang mengedepankan platform digital. Terkait juga Peraturan Wali Kota Nomor 61 Tahun 2018 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong plastik. Hal ini guna mengurangi jumlah kantong plastik sehingga ramah lingkungan. Mereka membutuhkan pelatihan cara mengemas produk, mengambil foto produk untuk promosi, serta mempromosikan produk melalui digital, baik toko online, media sosial, dan lainnya. Kuliner Kota Bogor yang memiliki nilai historis antara lain laksa, toge goreng, tutut tumis (keong sawah), talas kukus, es bir kotjok, dan es pala. Budaya Sunda juga dilestarikan di Kota Bogor. Tumbuhnya adat dan budaya Sunda yang masih terjaga hingga saat ini. Bogor memiliki desa adat yang dinamakan Kampung Budaya Sindang Barang sebagai pusat pelestarian budaya masyarakat Sunda. Ada pun komunitas seni Sunda yang hidup dan berkembang di Kota Bogor yaitu Komunitas Iket Tatar Pakuan (Kitapak). Kesenian yang ditampilkan adalah Karinding dan Celempung sebagai kesenian Sunda. Kita harus semangat menjaga kelestarian kesenian ini agar tidak punah. Adanya kegiatan pagelaran seni budaya dan kuliner lokal Kota Bogor sebagai bentuk dukungan Pemerintah Kota Bogor yang kolaborasi dengan berbagai pihak. (*) Penulis adalah Maria Fitriah, Dosen Fakultas Ilmu Sosial, Ilmu Politik, dan Ilmu Komputer (Fisipkom) Universitas Djuanda (Unida) Bogor.