Denyut jantung berpacu kencang saat melintasi jembatan gantung di Kampung Parakansagu, RT 01/09, Desa Gunungpicung, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.
Betapa Tidak, kondisinya sudah memprihatinkan dan rawan roboh karena terbawa derasnya Kali Cigamea. Apalagi bambu anyaman yang dijadikan alas jembatan sudah banyak yang keropos. Agar tak roboh, jembatan harus ditopang bambu.
Warga sekitar, Umi Sumiyati menuturkan, jembatan itu sudah tak bisa dilewati kendaraan bermotor karena sudah goyang dan rusak. “Jembatan sepanjang 15 meter tersebut merupakan penghubung Desa Gunungpicung dengan Gunungsari, Kecamatan Pamijahan,” ujar Umi.
Setiap hari, sambungnya, jembatan ini tak pernah sepi dari hilir mudik warga dan anak sekolah. Jembatan ini sudah ada sejak zaman Belanda, dari dulu sampai sekarang tetap bambu. ”Seharusnya jembatan dibeton agar aman dilewati warga,” bebernya.
Umi mengaku sampai sekarang belum ada upaya perbaikan yang dilakukan pemerintah daerah. Warga desa pun beberapa kali melakukan pengajuan perbaikan, namun sejauh ini belum ada realisasinya.
Setiap kali jembatan rusak, hanya diperbaiki secara swadaya serta seadanya dengan kayu dan bambu. Namun, itu tak bertahan lama. “Kalau perbaikannya menggunakan besi, kami tidak memiliki anggaran untuk membeli materialnya,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Desa (Sekdes) Gunungpicung Fibda Friendi mengaku jembatan tersebut merupakan akses utama yang dipilih warga. “Selain dekat, tidak harus mengeluarkan ongkos angkot,” imbuhnya.
Ia menambahkan, jembatan yang melintasi Kali Cigamea itu kondisinya memprihatinkan. Pemerintah desa pun sudah sering mengajukan pembangunan jembatan gantung lewat musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) kecamatan dan diusulkan ke pemerintah daerah (pemda), tetapi tak kunjung terwujud. “Jembatan Parakansagu merupakan kebutuhan yang sangat urgen bagi warga Desa Gunungpicung. Semoga cepat direalisasikan,” pungkasnya.
(ads/c/yok/mg3/run)