Senin, 22 Desember 2025

Mewaspadai Kemungkinan Bayi Terlahir Prematur

- Jumat, 10 Februari 2017 | 09:42 WIB

METROPOLITAN- MENDENGAR kabar bahwa Anda akan melahirkan prematur rasanya seperti disambar geledek. Hampir bisa dipastikan semua ibu ingin melahirkan normal pada usia kandungan sembilan bulan lebih sekian hari.

Namun jika keadaan memaksa si buah hati terlahir prematur, apa yang harus Anda dan pasangan lakukan? Apa saja faktor penyebab bayi terlahir prematur?

Secara sederhana, kelahiran prematur artinya bayi yang terlahir sebelum waktunya. Waktu ideal melahirkan, setelah usia kandungan mencapai 37 sampai 40 minggu.

“Di bawah 37 minggu (atau berat badan bayi kurang dari 2.500 gram), itu disebut prematur. Patut diingat bahwa paru-paru bayi matang dan sudah bisa hidup di luar kandungan pada usia 35 minggu,” urai dr. RA. S. Danis Wati Utari, SpOG (38) di Rumah Sakit Bunda Jakarta, pekan ini.

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Umum Bunda Jakarta itu lantas menyebut setidaknya lima faktor pemicu kelahiran prematur. Anda dan pasangan patut mewaspadainya.

1. Faktor gizi ibu berpengaruh pada nilai gizi yang diasup oleh si janin. Pastikan, yang dikonsumsi sehari-hari mengandung kadar protein, zat besi, dan asam folat yang cukup. Setelah itu, periksa secara rutin (per minggu) berat badan ibu. Idealnya, setiap minggu terjadi kenaikan 0,3 sampai 0,5 kg. Jika tidak, patut dipertanyakan apa sebab. Bisa jadi, ibu mengalami morning sickness sehingga nafsu makan pada minggu itu turun. “Protein, sayur seperti kangkung, sawi, bayam, itu mengandung asam folat, vitamin C, dan zat besi tinggi. Penting untuk mengasup zat besi agar asupan darah cukup dan lancar. Darah mengangkut oksigen. Jika darah berkurang, asupan oksigen yang diterima si kecil menurun. Ini berbahaya,” Danis mengingatkan.

2. Riwayat kesehatan ibu. Ibu yang memiliki riwayat infeksi keputihan dan infeksi gigi (misalnya karies gigi) layak waspada. “Karies di gigi menciptakan lubang. Nah, bakteri dan virus dengan mudah menyusup melalui lubang itu, melintasi pembuluh kemudian masuk ke organ dalam dan sampailah ke janin. Baketri atau virus dari karies memicu kontraksi. Maka, risiko lahir prematur membesar,” terang dokter kelahiran Surabaya, 28 April itu. Penyakit lainnya, hipertensi (darah tinggi). Ini menyebabkan aliran darah dari ibu kepada bayi melalui plasenta terganggu. Tekanan darah yang tinggi merusak pembuluh darah dalam plasenta sehingga plasenta mengalami kerusakan. Akibatnya, bayi gugur atau kelahiran prematur. Begitu pula ibu dengan riwayat diabetes maupun asma. Selain diskusi dengan dokter kebidanan dan kandungan, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter penyakit dalam dan dokter anak.

3. Makanan setengah matang atau mentah. Pada makanan jenis inilah, toksoplasma, salmonela, serta difteri (infeksi saluran napas sebelah atas yang disebabkan kuman corynebacterium diphtheriae-red.) mengancam keselamatan bayi. Penyakit kelas berat ini memperbesar risiko bayi lahir cacat, keguguran, dan atau lahir prematur.

4. Mengonsumsi teh herbal dan kopi. Kopi (dengan kandungan kafein) memperbesar risiko lahir prematur dan gangguan perkembangan jantung pada janin. Teh herbal berbahan daun rosemary yang pekat, kata Danis, kurang disarankan karena memicu kontraksi sebelum waktunya.

5. Hubungan suami-istri. Tak bolehkah istri yang hamil berhubungan intim dengan suami? Boleh. Dengan catatan, “Jangan sesering ketika istri belum hamil. Hindari posisi seksual menindih istri agar perutnya tidak terimpit. Untuk suami, sperma jangan dikeluarkan di dalam karena sperma mengandung hormon prostaglandin yang memicu kontraksi pada rahim,” imbuhnya.

Sumber: tabloidbintang.com

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X