METROPOLITAN - IHSG kemarin ditutup dengan penguatan sebesar 0,16% ke level 5,359.29. Bursa Amerika yang libur, serta laporan kinerja emiten yang masih akan rilis hingga Maret nanti memberikan sentimen tersendiri terhadap IHSG. Meskipun IHSG menguat, investor asing kemarin masih mencatatkan net sell dengan jumlah sebesar Rp 160,96 miliar. Sementara itu, Dow Jones masih berada di level yang sama seperti kemarin dikarenakan libur president's day. Dow Jones masih bertahan di level 20,624.05 dengan penguatan sebesar 0,02%. Sentimen Positif dan Negatif Batubara Seperti yang kita ketahui, batubara merupakan salah satu komoditas terbesar yang diminati oleh pasar global. Harganya yang relatif stabil, serta manfaatnya yang bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari, membuat batubara tetap menjadi komoditas ekspor idaman bagi Indonesia. Terlebih lagi, akan adanya beberapa sentimen dari China yang masih akan bisa membuat harga batubara kembali naik. Harga batubara yang sudah pulih sejak 2016 lalu, masih terus alami penguatan. Beberapa sentimen dari China dan Indonesia diperkirakan masih akan mempengaruhi pergerakan harga batu hitam ini. Dari Indonesia sendiri terdapat katalis negatif yang masih membayangi kenaikan batubara. Sentimen apakah itu? Faktor Eksternal Harga batubara kontrak pengiriman Maret 2017 di ICE Futures Exchange melambung 1,25% ke level US$ 80,50 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Harga ini pun sudah terbang 1,32% sepanjang sepekan terakhir. Kenaikan batubara ini diperkirakan masih akan terus berlanjut, mengingat masih akan diberlakukannya beberapa rencana China untuk memperketat produksi batubara ini. Secara umum, katalis penentu pergerakan harga batubara masih dipegang oleh China. Hingga saat ini, pemerintah China masih mempertimbangkan untuk kembali memberlakukan penahanan produksi dengan mengembalikan waktu kerja tambang batubara menjadi 276 hari dari sebelumnya 330 hari selama musim dingin. Rencana tersebut akan dimulai pasca musim dingin berakhir. Hal ini dengan mempertimbangkan naiknya produksi China dan untuk mengembalikan stabilitas harga batubara. Pemerintah China juga masih mempertimbangkan cara untuk mengurangi polusi akibat pemakaian batubara yang terlalu berlebihan disana. Seperti yang kita ketahui, China masuk ke dalam 5 besar penyumbang polusi dengan pencemaran udara terburuk pada 2016 lalu. Bagaimana cara China mengatasi masalah-masalah tersebut akan menjadi penentu pemangkasan produksi yang akan dilakukan oleh China sendiri. Sentimen Negatif dari Internal Sementara itu, dari Indonesia sempat terjadi penahanan ekspor batubara. Tertahannya ekspor batubara ini terjadi akibat penumpukan kapal ekspor yang bertambah di pelabuhan dari akhir Januari 2017 hanya sekitar 108 kapal lalu melonjak menjadi 136 kapal. Katalis ini berjalan seiringan dengan dugaan jika nantinya ekspor batubara China ke Amerika benar tertahan akibat memburuknya situasi kerja sama antara kedua negara maka ekspor Indonesia pun akan terkena imbasnya. Pasalnya, 40% ekspor batubara Kalimantan Selatan ditujukan ke China. Apabila China tidak lagi mengirimkan ke Amerika, bisa jadi permintaan dari China pun akan turun dan berimbas buruk ke harga batubara secara global. Apa selanjutnya? Dalam jangka pendek ini, diperkirakan harga batubara masih bisa terus menguat dengan resistance berikutnya di US$ 83 per metrik ton. Watch mining stocks, PTBA , HRUM, DOID, ADRO dalam sebulan ke depan potensi bangun dari tidur panjang
Sumber : detik