METROPOLITAN - Fenomena air Cikahuripan di Desa Cikadu, Kecamatan Palabuhanratu, menjadi buah bibir di kalangan masyarakat. Fenomena yang disangkutpautkan dengan kedatangan raja Arab Saudi dan diklaim bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit ini, mendapat sorotan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sukabumi.
Sekretaris MUI Kabupaten Sukabumi Ustadz Ujang Hamdun mengungkapkan, kondisi ini perlu disikapi serius guna meluruskan akidah umat. “Kita akan lakukan kajian bersama komisi fatwa dan MUI di Kecamatan Palabuhanratu,” ujar Uha, sapaan karib Ujang Hamdun di Sekretariat MUI Kabupaten Sukabumi Gedung Dakwah Islamic Center (GDIC) Cisaat, belum lama ini. Menurut Uha, MUI berencana berkunjung dan melakukan observasi ke tempat munculnya air tersebut. “Nanti kita jadwalkan ke sana bersama unsur bagian keagamaan,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Bina Sosial dan Keagamaan Unang Sudarma mengungkapkan, agar tidak menjadi polemik di masyarakat, pihaknya meminta Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Perindustrian bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi mengkaji kadar air Cikahuripan. “Apakah baik untuk dikonsumsi atau tidak. Kalaupun baik, bisa dimanfaatkan untuk warga sekitar,” terangnya. “Apalagi ada rumor bisa menyembuhkan orang yang sakit,” sambungnya.
Diberitakan sebelumnya, mitos air Cikahuripan disebut ‘Air Kehidupan’ bukan tanpa sebab. Mata air di Kaki Gunung Rancagaluh ini tak selalu mengeluarkan air seperti mata air biasanya, butuh waktu hampir 30 tahun mata air ini kembali mengalirkan sumber kehidupannya.
Makanya ketika beredar kabar bahwa airnya kembali mengalir, jarak tiga kilometer dari jalan raya pun rela ditempuh masyarakat.
Ribuan orang berbondong-bondong mendatangi mata air tersebut untuk mendapatkan tuah kehidupan dari air yang saat ini dipercaya masyarakat. Bahkan, mereka rela antre dan silih berganti melakukan ritual dengan mandi di sembilan pancuran yang sudah dibuat warga setempat. Saking banyaknya, untuk mandi para pengunjung harus antre.
(pjs/ram/run)