Senin, 22 Desember 2025

Masyarakat Milih Beli Rokok Dibanding Iuran Kesehatan

- Sabtu, 11 Maret 2017 | 08:54 WIB

METROPOLITAN – Adanya cukai pada rokok membuat harga jual rokok menjadi lebih mahal. Dampak dari mahalnya harga rokok ini bukan untuk menambah pendapatan negara, namun merupakan salah satu strategi dari kampanye pengendalian tembakau.

Kepala Sub Direktorat Advokasi dan Kemitraan Promkes Kemenkes RI Sakri Sab’atmaja mengatakan kenaikan cukai rokok merupakan salah satu bentuk pengendalian tembakau yang cukup populer dilakukan di negara-negara dunia. Tujuannya satu, mencegah anak usia sekolah dan remaja membeli rokok. “Kalau yang sudah merokok, memang sebaiknya tobat tapi kita tidak ke sana menyasarnya. Kenaikan cukai rokok lebih untuk mencegah supaya tidak ada perokok baru dan perokok pemula,” ujarnya belum lama ini.

Sakri menjelaskan sekitar 22 persen remaja usia sekolah sudah pernah merokok. Bahkan 11,6 persen lainnya masih merokok secara aktif. Padahal ketika sudah merokok, risiko kecanduannya bisa hingga 40 tahun.

Ia juga menyinggung soal klaim cukai rokok sebagai penyumbang terbesar negara. Berdasarkan data yang dimiliki Kementerian Keuangan, pendapatan cukai rokok pada 2016 hanya sebesar Rp138 triliun. Di sisi lain, biaya yang dikeluarkan untuk mengobati masalah kesehatan akibat rokok bisa mencapai Rp378 triliun. “Biaya dampaknya ini yang jauh lebih besar. Merokok sudah dibuktikan bisa menyebabkan masalah jantung, pembuluh darah, stroke dan paru-paru. Berobatnya pun mahal,” terangnya.

Sebuah penelitian menarik pernah dilakukan Universitas Gadjah Mada. Masyarakat mampu membeli rokok namun malah menunggak pembayaran iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Sementara itu, Kepala Penelitian dan Pengembangan BPJS Kesehatan dr Dwi Martiningsih menjelaskan, secara teori biaya untuk kesehatan seharusnya sekitar lima persen dari total belanja rumah tangga di luar makanan pokok. Survei 1.800 responden kepala keluarga di 12 provinsi Indonesia lalu melihat rata-rata warga hanya mampu membayar Rp16.571. “Ternyata setelah dikroscek dengan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) masyarakat yang sama mampu membuat pengeluaran untuk rokok per bulan sampai Rp30.981,” katanya.

(dtk/mam/dit)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X