Berbekal ilmu dari orang tua, Nisam (67) mengembangkan usaha keripik singkong buatannya. Usaha yang dirintisnya selama 24 tahun itu mengantarkan anaknya hingga ke perguruan tinggi.
NISAM memulai usaha makanan kering sejak 1993 hingga mendapatkan label halal. Usaha yang pertama digeluti adalah keripik singkong dengan rasa gurih dan asin. Dalam sehari, Nisam bisa membuat keripik singkong hingga 300 kilogram. ”Sehari kita produksi keripik singkong 300 kilogram dan dijual ke Pasarsenen, Jakarta,” ujarnya.
Sedangkan untuk bahan baku, lanjut Nisam, biasanya ada yang mengirim ke rumah. Satu bungkus keripik singkong dijual Rp5.000 dan Rp35.000 per kilogramnya. Tak sedikit pelanggan datang untuk membeli keripik sebagai buah tangan. ”Saya pakai bahan baku singkong mentega, sehingga rasanya renyah dan tahan sampai satu bulan,” katanya.
Tak hanya keripik singkong, bersama empat karyawannya dia juga membuat kue mangkok, cincin, bugis dan kue lapis. Aneka kue basah dan kering yang diproduksinya dilabeli nama ’Sumber Rezeki’. Keripik singkong buatan Nisam pun bebas pengawet, sehingga berkualitas dan banyak disukai konsumen. ”Selama 24 tahun menggeluti usaha kue kering dan basah, Alhamdulillah saya bisa menyekolahkan ke-8 anak saya hingga perguruan tinggi,” tuturnya.
Sekadar diketahui, banyak UKM gulung tikar karena tidak tahu pangsa pasar dan tidak mengutamakan kualitas. Ketika hendak membuka usaha, alangkah baiknya mengetahui apa yang menjadi selera masyarakat. ”Kita berharap pemda memperhatikannya nasib UKM dengan memberikan permodalan atau marketnya agar mereka bisa berkembang,” tukasnya.
(ads/b/yok/py)