Mewarisi ilmu produksi sepatu bayi dari orang tuanya, Ferdy Firdaus (26) sukses mengembangkan usahanya hingga ke luar daerah dengan omzet puluhan juta.
WARGA Kampung Culubangmasjid, RT 03/02, Desa Sukadamai, Kecamatan Dramaga itu menuturkan, saat ini sepatu memang menjadi kebutuhan sandang manusia. Beragam model dan bentuk sepatu dari ukuran bayi hingga dewasa sering membanjiri pasar lokal.
Berbekal ilmu dari orang tua membuatnya nekat menggeluti produksi sepatu bayi sejak 1996. “Dari dulu warga Desa Sukadamai banyak yang menjalankan industri sepatu. Sebagian besar sudah dijalankan warga turun-temurun,” ujarnya.
Awalnya, dia mencoba membuat sepatu bayi dengan motif kartun yang menarik dengan bahan kulit sintetis oscar dan kain spandek. Di luar dugaan, ternyata sepatu buatannya diminati masyarakat. Nah seiring berjalannya waktu, sejak 2015 mulai banyak pesanan dari luar negeri seperti Belanda dan India untuk membuat sepatu berbahan kulit. Termasuk saat mendekati Idul Fitri, pesanan sepatu bayi meningkat. ”Sepatu bayi laki-laki harganya lebih mahal karena modelnya lebih susah dari sepatu perempuan,’’ katanya.
Meski begitu, lanjut dia, selama ini proses produksinya terhambat lantaran kekurangan penjahit. Tidak semua orang bisa menjahit sepatu bayi karena diperlukan keterampilan khusus. Sepatu bayi yang dibuat bersama 12 karyawannya itu bermerek Child Time dan Happy Baby. “Dalam sehari kita bisa memproduksi 20 kodi sepatu bayi. Banyak sih pesanan sepatu, tapi belum bisa dilayani massal karena keterbatasan penjahit,” bebernya.
Fredy menambahkan, sepatu buatannya dijual ke distributor di Bandung, sehingga tidak melayani eceran. Sementara untuk harganya bervariasi, mulai dari Rp14.000 hingga Rp25.000. “Setiap membuat satu pasang sepatu bayi, saya mendapat untung 50 persen dibandingkan biaya produksinya,” tukasnya.
(ads/b/yok/py)