METROPOLITAN – Belum pastinya status ganti lahan warga yang terkena dampak pengembangan akses jalan menuju Geopark Ciletuh-Palabuhanratu, membuat warga geram. Mereka mulai memblokir jalan dengan memasang bambu di atas lahan milik mereka. Aksi ini akan terus berlanjut hingga warga mendapat ganti lahan yang adil dan pantas.
Warga sempat melakukan aksi dan berakhir dengan musyawarah di kantor Desa Sangrawayang bersama perwakilan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) dan PT Trie Mukty Pertama Putra (TMPP). Namun, belum ada jawaban pasti dari hasil musyawarah itu. “Kesepakatan musyawarah belum ada titik temu. Jadi kami sepakat dengan warga akan mengadakan pemblokiran lahan,” tegas kuasa hukum pendamping warga, Alie Simaung.
Berdasarkan pantauan di lapangan, warga mulai memasang bambu di atas lahan milik mereka. Menurut Alie, langkah ini sebagai bentuk protes keras kepada Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (BMPR) Provinsi Jabar dan PT TMPP selaku pelaksana pekerjaan atas masalah pembebasan lahan yang belum selesai.
Warga bersikukuh sebelum lahannya mendapat ganti rugi dengan harga yang adil dan pantas, mereka akan tetap memasang bambu di lokasi yang masih bermasalah.
Sebelumnya, sekitar lima orang warga Kampung Pamipiran, Desa Sangrawayang, menuntut ganti rugi atas lahan mereka. Karena minim sosialisasi, pengerjaan akses jalan menuju kawasan Geopark sepanjang 13,3 kilometer itu menuai banyak kendala.
(sop/hep/fin/ram/run