Pemberian kursi roda itu diberikan kepada Muhamad Rizki (11) anak Ujang Suherman (55) di depan halaman parkir musala Kampung Kidangkencana, RT 01/27, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu. Tak hanya itu, Bareta juga membagikan dua unit alat bantu berupa tongkat ketiak kepada Saepuloh (39) warga Kampung Babadan, RT 02/30, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
Acara tersebut dihadiri Kepala Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Sukabumi, Lurah Palabuhanratu, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Lurah Palabuhanratu Deni Zulfan Aminudin mengaku dengan keterbatasan aparat di wilayahnya, pihaknya tidak bisa melihat langsung ataupun memantau keberadaan warga kurang mampu. Karena itu, peran dan keberadaan lembaga seperti LSM Bareta sangat dibutuhkan. "Padahal sebelumnya kami melalui petugas RT/RW selalu meminta hal-hal apa saja yang perlu kita bantu, apa yang bisa kita laksanakan di wilayah itu," katanya kepada wartawan.
Mengenai LSM Bareta Indonesia, awalnya Deni tidak mengetahui ruang lingkup kerja dan aktivitasnya. Namun setelah mengkroscek ke lapangan, ia baru mengetahui bahwa Bareta Indonesia ini sangat peduli terhadap warga disabilitas. "Saya mengapresiasi, menjembatani dan tentunya saya bisa bersilaturahmi kepada warga akan adanya kegiatan ini. Apa yang warga butuhkan/perlukan alat bantu tersebut, melalui Bareta Indonesia dapat terlaksana dan mewujudkan keinginan warga," paparnya.
Deni juga mengucapkan terima kasih kepada LSM Bareta Indonesia lantaran bisa mewujudkan apa yang menjadi keinginan warga. "Kami harap ke depannya selalu bisa berkoordinasi dengan Bareta Indonesia, Baznas dan para dermawan untuk memberi bantuan kepada masyarakat yang memerlukan bantuan," tandasnya.
Hasil pantauan, usai memberi bantuan, DPP Bareta Indonesia bersama Baznas mengunjungi rumah Oop di Cikakak. Hal itu dalam investigasi dan koordinasi kepada aparatur setempat guna mempercepat pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) dan langsung memberi bantuan langsung sembako.
Ketua Umum DPP Bareta Indonesia Djunaidi Tanjung menekan pihak aparat pemerintah setempat agar secepatnya melakukan pembangunan Rutilahu karena mirisnya tempat yang dihuni keluarga Oop. Bila musim hujan, keluarga Oop hanya pasrah nenerima keadaan yang serba kekurangan. Apalagi mereka memiliki anak disabilitas yang tidak dapat berjalan dengan normal seperti anak lainnya.
(hep/ram/run)
