Senin, 22 Desember 2025

Cikal Bakal Masjid Raya Bantarsari Al-Ghomidi

- Jumat, 18 Mei 2018 | 09:53 WIB

-

METROPOLITAN - Masjid Raya Bantarsari Al-Ghomidi di RT 01/05, Desa Bantarsari, Kecamatan Rancabungur, diresmikan pada September 2014. Meski terbilang baru, tempat ibadah ini memiliki nilai sejarah bagi warga setempat.

Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Bantarsari Al-Ghomidi Supendi menceritakan, sebelumnya masjid raya tersebut merupakan Musala Al-Islah yang sudah ada sejak puluhan tahun. "Saat itu (1990, red) saya bersama Bapak Lukmanul Hakim (saat ini Kades Bantarsari, red) menginginkan adanya perbaikan musala agar lebih layak," paparnya kepada Metropolitan, Rabu (16/5).

Lantaran dinilai tak layak, lanjutnya, akhirnya terealisasilah masjid tersebut. "Ada yang bilang ditabrak kucing saja bisa jatuh pintu musala ini. Tetapi berkat perkataan seseorang ini, doa yang dipanjatkan dikabul sehingga jadilah masjid ini dan menjadi tempat ibadah yang nyaman untuk para jamaah," bebernya.

Kepala Desa (Kades) Bantarsari Lukmanul Hakim menambahkan, sejak pertama dirinya terpilih sebagai kades, program pertama yaitu memperbaiki sarana tempat ibadah yakni masjid. Dulu ini musala kecil dan sudah tidak layak. Akhirnya saya menemui teman yang punya link ke Arab Saudi. Dalam waktu yang tak terlalu lama, proposal kami dalam satu pekan di-acc. Saya langsung diminta ke kantornya, WAMY, di Jakarta. Langsung kami diberikan dana Rp400 juta untuk membangun masjid ini,” ungkapnya.

Ia pun langsung bermusyawarah dengan warga terkait pembongkaran musala tersebut menjadi masjid raya. Ukuran masjid ini 10x10, ditambah untuk salat wanita 8x5 meter.

Ditambah juga tempat wudu dan kamar mandi/tiolet. Alhamdulillah warga senang punya bangunan baru yang layak untuk ibadah,” katanya.

Sementara pemberian nama Al-Ghomidi disematkan lantaran banyak kegiatan keagamaan tingkat desa yang dilaksanakan di masjid raya tersebut. “Di antaranya pelatihan guru ngaji tingkat desa, penggalangan dana untuk Palestina, Rohingya dan dunia Islam, menjadi tempat kedatangan Syekh Palestina, kegiatan tamu dari luar wilayah, digelarnya tablig akbar, pesantren kilat dan kegiatan lainnya,” bebernya.

Informasi yang dihimpun, masjid dengan konsep minimalis itu terdiri dari dua lantai. Selain tempat ibadah, lantai atas digunakan untuk remaja belajar agama. Ke depan, pengurus masjid tersebut akan membuat semi pondok pesantren.

(yos/b/yok/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X