METROPOLITAN - Kabar tak sedap datang untuk warga Sukabumi. Wilayah yang berada di tataran Pasundan itu jadi daerah rawan virus rabies. Pasalnya, pada tahun ini sudah ada tiga kasus rabies yang terjadi di Kabupaten Sukabumi. Hal itu dibenarkan Kabid Kesehatan Hewan dan Kesmapet Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat (Jabar) Arif Hidayat. Dari ketiga kasus ini, jelas Arif, dua di antaranya positif dan satu kasus klinis atau diduga. “Ada tiga kejadian. Semuanya karena penularan anjing di Sukabumi,” kata Arif usai menghadiri World Rabies 2018 di Kabupaten Bandung, Minggu (7/10). Arif menyatakan Kabupaten dan Kota Sukabumi merupakan wilayah yang masih rawan penyebaran virus rabies. "Daerah (rawan, red) tertular rabies itu ada di daerah Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Cianjur, Kabupaten Bandung, Garut dan Tasikmalaya. Garut dan Tasikmalaya tiga tahun terakhir tidak ada. Sekarang fokus kita di Sukabumi, Cianjur dan Bandung," ungkapnya. Ia mengatakan, virus rabies ini tersebar melalui gigitan. Mayoritas terjadi karena gigitan kucing, anjing, kera dan hewan sejenisnya. "Penyebarannya melalui gigitan. Seperti anjing menggigit anjing lagi," ucapnya. Untuk itu, ia berharap perubahan perilaku yang tidak biasa pada hewan harus diwaspadai pemiliknya. Bisa saja hewan tersebut terjangkit virus rabies. "Perubahan perilaku yang tidak biasa harus diwaspadai. Contohnya tidak kenal dengan pemiliknya, suka diam di tempat gelap seperti di kolong mobil dan mengigit barang apa saja," imbuhnya. Dari informasi yang dihimpun, penyebaran rabies tertinggi di Indonesia masih terjadi di Provinsi Bali dan Sulawesi Utara. "Bali dan Sulawesi Utara, di Jabar masih estimasi populasi jumlahnya kurang lebih 200 ribuan. Kalau di Bali pernah disensus mencapai 400 ribuan, kurang lebih. Padat sekali," papar Arif. (dtk/rez/run)