Senin, 22 Desember 2025

Satu Keluarga Korban Palu Pulang Ke Sukabumi

- Rabu, 10 Oktober 2018 | 09:09 WIB
FOTO:IST/METROPOLITAN
FOTO:IST/METROPOLITAN

METROPOLITAN -  Satu keluarga asal Sukabumi yang menjadi korban selamat gempa Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), akhirnya tiba di kampung halamannya. Mereka disambut langsung Kapolresta Sukabumi AKBP Susatyo Purnomo dan Wakil Wali Kota Sukabumi Andri Hamami, kemarin. Keluarga yang berjumlah enam orang itu diterima di halaman Mapol­resta Sukabumi. Mereka masing-ma­sing Yoyom Yuliawati (71), Selvi Yuli­anti (30), Ria Ariani (27), Aria (7), Kinara (5) dan Renata (3). Sekeluarga asal Cipelanggede, RT 02/12, Kelura­han Karangtengah, Kecamatan Gunung­puyuh, Kota Sukabumi, itu semringah saat menerima kejutan berupa eta­lase warung lengkap dengan isinya yang diberikan Susatyo. ”Duka Palu adalah duka kita semua. Keluarga asal Kota Sukabumi ini Alhamdulillah bisa pulang dalam keadaan tak kurang satu apa pun. Mereka kehilangan harta bendanya, karena itu kami berinisiatif memberikan sumber mata pencaharian se­lama di Sukabumi,” kata Susa­tyo. Menurut Susatyo, etalase warung beserta isinya itu sengaja dinamai ‘Semangat Palu’ dengan harapan akan muncul harapan baru bagi keluarga yang terdampak ben­cana dahsyat tersebut. ”Saat ini yang diperlukan adalah bagaimana bisa bertahan dan keluar dari masa-masa trauma yang dirasakan. Semangat Palu untuk harapan baru para kor­ban asal Kota Sukabumi,” tutur Susatyo. Andri Hamami mengaku pi­haknya langsung bergerak ce­pat begitu mendapat infor­masi ada warganya yang hilang kontak tidak lama setelah ben­cana Palu. Koordinasi antar­kedinasan pun dilakukan dan akhirnya posisi para korban tersebut bisa diketahui. ”Be­gitu mendapat informasi, pak wali kota langsung mengunjungi keluarga yang ada di Kota Su­kabumi. Ketika posisi korban ini diketahui, kami langsung berupaya bagaimana para kor­ban ini bisa dipulangkan ke kampung halamannya agar tidak mengalami trauma ber­kelanjutan,” ujar Andri. Perwakilan keluarga, Dicky Permana (45), menceritakan keluarganya yang berada di Palu memang sempat mengalami hilang kontak. ”Keluarga me­mang sempat kebingungan, begitu ada kontak keluarga di sana alami trauma dan ingin pulang tapi tidak memiliki ong­kos,” ucapnya. ”Alhamdulillah, Pemkot Sukabumi merespons dan memberikan bantuan tiket pesawat. Terlebih hari ini Al­hamdulillah kami terkejut mendapat bantuan ekonomi berupa sarana untuk berjualan dari pihak kepolisian,” ungkap Dicky. MASIH TRAUMA Sementara salah satu korban, Selvi Yulianti (30), mencerita­kan suasana yang mencekam saat terjadinya gempa dan tsu­nami Palu. Mereka juga men­galami trauma mendalam karena sempat terpisah dari keluarga selama dua hari. Selvi mengaku langsung me­nyelamatkan diri bersama anaknya ke Lapangan Kota Palu saat gempa. Saat itu ia terpisah dari adiknya, Ria Ariani (27), dan sang ibu, Yoyom Yulia­wati (71). Jaringan telekomu­nikasi putus, ia pun tidak bisa menghubungi keluarganya tersebut. Selvi dan Ria sudah sejak 2009 tinggal dan berkeluarga di Kota Palu. Mereka tinggal di Jalan Sisingamangaraja 1. ”Ka­lau pernah lihat film tentang gempa bangunan runtuh sam­pai jalan terbelah, suasananya memang seperti itu. Dinding rumah retak, lari keluar jalanan aspal terbelah. Situasinya benar-benar panik dan mencekam,” papar Selvi. Ia mengaku mengamankan diri di Lorong Simaja 3 bersama warga lainnya. ”Kami dengar saat itu terjadi tsunami, belum lagi tanah di perbukitan ter­jadi amblesan tanah. Mau lari ke arah pantai, ada tsunami, ke bukit katanya ada likuifaksi. Akhirnya menunggu bersama yang lain di Lorong Simaja,” bebernya. ”Ketika sampai tadi di bandara, perasaan saya ma­sih takut. Dengar suara keras masih kaget-kaget. Alhamdulil­lah saya bisa kembali ke Suka­bumi,” ungkap Selvi. Suasana serupa dirasakan sang adik, Ria Ariani, yang saat itu bersama suami, orang tua dan anak-anaknya berada dalam rumah. Begitu gempa terasa, getarannya membuat tembok rumah retak. Bahkan rumah tetangganya mendadak ambles. ”Kami langsung kelu­ar rumah. Jarak saya dengan Selvi sekitar dua kilometer. Kami baru bisa bertemu se­telah dua hari kemudian. Bertemu di tempat yang men­urut petugas di sana paling aman yaitu area lapangan bola,” ucapnya. (dtk/els/run)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X