METROPOLITAN - Satu keluarga asal Sukabumi yang menjadi korban selamat gempa Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), akhirnya tiba di kampung halamannya. Mereka disambut langsung Kapolresta Sukabumi AKBP Susatyo Purnomo dan Wakil Wali Kota Sukabumi Andri Hamami, kemarin. Keluarga yang berjumlah enam orang itu diterima di halaman Mapolresta Sukabumi. Mereka masing-masing Yoyom Yuliawati (71), Selvi Yulianti (30), Ria Ariani (27), Aria (7), Kinara (5) dan Renata (3). Sekeluarga asal Cipelanggede, RT 02/12, Kelurahan Karangtengah, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, itu semringah saat menerima kejutan berupa etalase warung lengkap dengan isinya yang diberikan Susatyo. ”Duka Palu adalah duka kita semua. Keluarga asal Kota Sukabumi ini Alhamdulillah bisa pulang dalam keadaan tak kurang satu apa pun. Mereka kehilangan harta bendanya, karena itu kami berinisiatif memberikan sumber mata pencaharian selama di Sukabumi,” kata Susatyo. Menurut Susatyo, etalase warung beserta isinya itu sengaja dinamai ‘Semangat Palu’ dengan harapan akan muncul harapan baru bagi keluarga yang terdampak bencana dahsyat tersebut. ”Saat ini yang diperlukan adalah bagaimana bisa bertahan dan keluar dari masa-masa trauma yang dirasakan. Semangat Palu untuk harapan baru para korban asal Kota Sukabumi,” tutur Susatyo. Andri Hamami mengaku pihaknya langsung bergerak cepat begitu mendapat informasi ada warganya yang hilang kontak tidak lama setelah bencana Palu. Koordinasi antarkedinasan pun dilakukan dan akhirnya posisi para korban tersebut bisa diketahui. ”Begitu mendapat informasi, pak wali kota langsung mengunjungi keluarga yang ada di Kota Sukabumi. Ketika posisi korban ini diketahui, kami langsung berupaya bagaimana para korban ini bisa dipulangkan ke kampung halamannya agar tidak mengalami trauma berkelanjutan,” ujar Andri. Perwakilan keluarga, Dicky Permana (45), menceritakan keluarganya yang berada di Palu memang sempat mengalami hilang kontak. ”Keluarga memang sempat kebingungan, begitu ada kontak keluarga di sana alami trauma dan ingin pulang tapi tidak memiliki ongkos,” ucapnya. ”Alhamdulillah, Pemkot Sukabumi merespons dan memberikan bantuan tiket pesawat. Terlebih hari ini Alhamdulillah kami terkejut mendapat bantuan ekonomi berupa sarana untuk berjualan dari pihak kepolisian,” ungkap Dicky. MASIH TRAUMA Sementara salah satu korban, Selvi Yulianti (30), menceritakan suasana yang mencekam saat terjadinya gempa dan tsunami Palu. Mereka juga mengalami trauma mendalam karena sempat terpisah dari keluarga selama dua hari. Selvi mengaku langsung menyelamatkan diri bersama anaknya ke Lapangan Kota Palu saat gempa. Saat itu ia terpisah dari adiknya, Ria Ariani (27), dan sang ibu, Yoyom Yuliawati (71). Jaringan telekomunikasi putus, ia pun tidak bisa menghubungi keluarganya tersebut. Selvi dan Ria sudah sejak 2009 tinggal dan berkeluarga di Kota Palu. Mereka tinggal di Jalan Sisingamangaraja 1. ”Kalau pernah lihat film tentang gempa bangunan runtuh sampai jalan terbelah, suasananya memang seperti itu. Dinding rumah retak, lari keluar jalanan aspal terbelah. Situasinya benar-benar panik dan mencekam,” papar Selvi. Ia mengaku mengamankan diri di Lorong Simaja 3 bersama warga lainnya. ”Kami dengar saat itu terjadi tsunami, belum lagi tanah di perbukitan terjadi amblesan tanah. Mau lari ke arah pantai, ada tsunami, ke bukit katanya ada likuifaksi. Akhirnya menunggu bersama yang lain di Lorong Simaja,” bebernya. ”Ketika sampai tadi di bandara, perasaan saya masih takut. Dengar suara keras masih kaget-kaget. Alhamdulillah saya bisa kembali ke Sukabumi,” ungkap Selvi. Suasana serupa dirasakan sang adik, Ria Ariani, yang saat itu bersama suami, orang tua dan anak-anaknya berada dalam rumah. Begitu gempa terasa, getarannya membuat tembok rumah retak. Bahkan rumah tetangganya mendadak ambles. ”Kami langsung keluar rumah. Jarak saya dengan Selvi sekitar dua kilometer. Kami baru bisa bertemu setelah dua hari kemudian. Bertemu di tempat yang menurut petugas di sana paling aman yaitu area lapangan bola,” ucapnya. (dtk/els/run)