Senin, 22 Desember 2025

Ajukan Proposal Rp800 Juta

- Selasa, 22 Oktober 2019 | 09:21 WIB

METROPOLITAN – Ratusan siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mathla'ul Anwar Ciangsana, Kecamatan Tenjoloya, Kabupaten Bogor, mendapatkan secercah harapan. Kepala MI Mathla'ul Anwar Ciangsana, Nurlia Safitri, dipanggil Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bogor untuk mengajukan proposal renovasi sekolahnya. "Tadi mengajukan proposal untuk perbaikan sekolah sebesar Rp800 juta. Untuk renovasi empat ruang kelas dan yang lainnya," katanya kepada Metropolitan, kemarin.

Perempuan berhijab yang akrab disapa Fitri ini sudah berkali-kali mengirimkan proposal ke Kemenag Kabupaten Bogor. Tapi selama sepuluh tahun tetap tidak ada perubahan. Setelah pengajuan proposal ini, ia berharap tahun depan sekolahnya bisa direnovasi. Sebab, sampai saat ini untuk siswa kelas 4, 5 dan 6 harus belajar di kontrakan dan halaman rumah warga. Mereka tidak mau belajar di kelas karena takut tertimpa reruntuhan bangunan. “Kami juga pernah mengajukan ke pihak swasta untuk menggunakan dana CSR, tapi tidak ada respons. Saya harap sih sebelum adanya korban, sekolah kami bisa direnovasi," imbuhnya.

Kepala Seksi Madrasah Kemenag Kabupaten Bogor, Ujang Ruhiat mengatakan, perwakilan sekolah diminta datang agar pihaknya bisa melampirkan surat rekomendasi ke Kemenag Pusat untuk melakukan renovasi MI Mathla'ul Anwar Ciangsana. “Kalau di kita tidak ada anggaran untuk itu (renovasi). Jadi kita hanya rekomendasi saja," ujarnya.

Terpisah, Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat, Achmad Ru'yat menilai permasalahan sekolah tidak layak harus menjadi fokus utama bagi setiap daerah. Sebab, masalah pendidikan adalah hal dasar bagi keberlangsungan hidup masyarakat. Ia berharap akan ada sinergitas antara Pemerintah Kabupaten Bogor dengan Kemenag Kabupaten Bogor untuk menyelesaikan persoalan sekolah tidak layak. "Kita akan dorong melalui bantuan keuangan (bankeu) provinsi, karena ini sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)," pungkasnya.

Sebelumnya, sudah satu pekan, sekitar 120 siswa MI Mathlahul Anwar Ciangsana belajar beratapkan langit. Jika hujan turun, mereka berlarian mencari tempat aman untuk berteduh. Kebijakan ini terpaksa diberlakukan pihak manejemen sekolah lantaran kondisi kelas berbahaya dipakai untuk kegiatan belajar mengajar (KBM). Demi keselamatan dan KBM tetap berjalan, sekolah pun pindah ke halaman sekolah. (cr2/b/els)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X