METROPOLITAN - Seiring pertumbuhan anak, ia akan mencapai usia yang cukup untuk masuk sekolah dan mendapatkan pendidikan formal. Namun, terkadang orang tua bingung. Sebenarnya kapan usia yang benar-benar tepat untuk mendaftarkan anak ke sekolah? Setiap negara memiliki standar usia yang berbeda-beda. Sebagai contoh, anak-anak di Swedia mulai bersekolah pada usia empat tahun sedangkan anak-anak di Inggris, Skotlandia, Belanda, dan Australia memulainya pada usia lima tahun. Pemerintah Indonesia sendiri menetapkan usia 4-5 tahun sebagai usia untuk masuk ke sekolah Taman Kanak-kanak (TK) atau sederajatnya. Usia Tidak Bisa Dijadikan Tolak Ukur Usia tidak bisa dijadikan patokan untuk mendaftarkan anak ke sekolah. Setiap anak memiliki fase perkembangan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, ada anak yang sudah bisa membaca pada usia tiga tahun, tapi ada juga yang baru bisa membaca dengan baik pada usia yang lebih tua. Oleh karena itu, kesiapan anak, baik secara fisik dan mental yang seharusnya menjadi patokan. Menurut Greg Brooks, seorang profesor bidang pendidikan dari Sheffield Univeristy, anak akan tertekan jika masuk sekolah saat belum siap dan hal tersebut seharusnya tidak boleh terjadi. Kesiapan Anak Pengaruhi Keberhasilan Lingkungan sekolah sangat jauh berbeda dengan lingkungan di rumah. Jika anak belum siap, ia akan merespons perubahan tersebut dengan negatif. Akibatnya, bisa saja anak melihat sekolah sebagai sesuatu yang menakutkan dan menolak untuk datang ke sekolah. Bahkan, anak bisa kehilangan kepercayaan dirinya jika ia merasa gagal mengikuti kegiatan di sekolah. Tidak heran jika beberapa ahli berpendapat lebih baik anak terlambat masuk sekolah daripada terlalu dini. Tunda Masuk Sekolah Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stanford Univeristy menemukan bahwa anak-anak yang masuk usia pada usia lebih tua memiliki kontrol diri yang lebih baik.Mereka pun lebih mudah mengikuti materi pelajaran karena memiliki tingkat fokus yang lebih tinggi. Kemandirian Indikator Kesiapan Ada banyak hal yang perlu diamati sebelum memutuskan anak sudah siap sekolah. Apakah sudah tidak menangis jika berpisah dari orang tua? Apakah anak sudah bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain (baik sesamanya maupun orang dewasa)? Apakah anak sudah mampu mengatasi kondisi tertentu, terutama saat terjadi hal yang tidak seharusnya? Apakah anak sudah mampu bertanggung jawab menjaga barang-barang miliknya? Jika bisa disimpulkan, kemandirian adalah kuncinya. Saat anak sudah mandiri, itulah saat untuk mendaftarkannya ke sekolah. Memiliki Kemampuan Motorik Selain kemandirian, Mama juga harus mengamati kemampuan motorik anak. Pasalnya, kemampuan ini adalah kemampuan dasar yang dibutuhkan anak untuk mengikuti pelajaran di sekolah. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan menulis, menggambar, melipat kertas hingga memakai baju sendiri dan mengikat tali sepatu. Jangan sampai kegiatan belajar anak di sekolah terhambat karena hal-hal tersebut. Jika demikian, anak bisa saja kehilangan kepercayaan dirinya. Memiliki Stamina Cukup Anak akan mengikuti banyak kegiatan di sekolah, mulai dari bermain, belajar, dan bersosialisasi dengan sesama. Stamina yang cukup tentunya sangat dibutuhkan agar anak dapat mengikuti semua kegiatan di sekolah dengan maksimal dan tidak jatuh sakit karena kelelahan. Jika anak masih membutuhkan tidur di pagi atau siang hari, bisa mulai mempersiapkan staminanya dengan mengurangi waktu tidurnya secara perlahan. Umumnya, sekolah memiliki jam khusus untuk anak tidur siang dan beristirahat. Orang tua bisa menerapkan jadwal tersebut di rumah agar anak terbiasa. Kondisi Rumah Meskipun kesiapan anak sangat penting, ada hal lain yang harus dijadikan pertimbangan, yaitu kondisi lingkungan di rumah. Sekolah, terutama PAUD, diciptakan untuk membantu perkembangan dan pertumbuhan anak. Jika kondisi di rumah tidak mendukung anak untuk mendapatkan pendidikan, lebih baik memilih sekolah agar anak tetap mendapatkan pendidikan yang ia butuhkan. Usia balita adalah masa-masa emas bagi anak untuk mempelajari dan mengekplorasi banyak hal. Masa-masa ini tidak boleh terlewatkan. Selain itu, sekolah juga memiliki materi pembelajaran terstruktur dan bervariasi (olahraga, seni, dan lain-lain) yang mungkin tidak bisa diajarkan sendiri di rumah. (pmm/els)