Senin, 22 Desember 2025

Herannya Jokowi Luas Hutan Terbakar Bertambah: Jangan Seperti Australia

- Jumat, 7 Februari 2020 | 16:00 WIB

METROPOLITAN - Peristiwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tahun 2015 menjadi catatan bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengevaluasi penanganan musibah tersebut. Sebab, karhutla yang asapnya sampai ke negara tetangga terjadi di awal kepemimpinannya. "Di dalam pengalaman saya tajun 2015, betul-betul sebuah kebakaran besar. Sebagai presiden yang baru saja berapa bulan, tahu-tahu dapat peristiwa itu sehingga kesiapan kita saat itu masih baru melihat lapangannya. Saat itu 2,5 juta hektare lahan kita terbakar baik lahan gambut dan hutan," ujar Jokowi di Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis (6/2/2020). Hal ini disampaikan Jokowi saat memberikan arahan dalam upaya peningkatan pengendalian karhutla tahun 2020. Setelahnya, pada tahun 2016 dan 2017, kata Jokowi, luasan lahan yang terbakar turun.
"Begitu 2016 kita berkumpul, bruk, 2017 turun ini terkecil menjadi 150.000 hektare yang terbakar dari sebelumnya 2,5 juta hektare (di tahun 2015)," kata Jokowi.
Namun luasan lahan yang terbakar kembali naik di tahun 2018 dan 2019. Ini yang membuat Jokowi bertanya-tanya. Jokowi tidak ingin Indonesia mengalami karhutla besar seperti di Rusia atau Australia. "Tapi 2018 naik lagi menjadi 590.000 hektare. Ini ada apa? Sudah bagus-bagus 150 kok naik lagi. 2019 naik lagi jadi 1,5 ini apa lagi, apa kurang yang dicopot? apa kurang persiapan? Kita tidak ingin seperti kebakaran di Rusia mencapai 10 juta hektare, Brasil 4,5 juta, Bolivia 1,8, Kanada 1,8 juta dan terakhir kebakaran besar terjadi di Australia, informasi pagi tadi 11 juta hektare," jelas Jokowi.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md menjelaskan penyebab karhutla besar tahun 2019 yang berkepanjangan disebabkan kurangnya intensitas hujan. Sampai-sampai, Jokowi meninjau lokasi karhutla di Provinsi Riau September lalu.
"Memang pada 2019 tampak berbeda dari tahun sebelumnya, disebabkan kondisi iklim, kurangnya hari hujan dan intensitas hujan, serta pola kemarau. Beberapa provinsi di Sumatra tertutup kabut asap. Di samping itu masalah kabut asap juga usik hubungan regional dengan negara tetangga," ujar Mahfud.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X