Senin, 22 Desember 2025

Lukas Lock

- Sabtu, 14 Maret 2020 | 01:00 WIB

METROPOLITAN - Perang dagang sudah biasa terjadi. Krisis harga minyak juga pernah ada. Pun wabah beberapa penyakit –juga sering muncul. Tapi, sekarang, tiga bencana itu terjadi di waktu yang muncul. Betapa babak belurnya ekonomi. Hanya yang menyelamatkannya kuat yang akan bisa lolos senjata trisula itu dengan selamat. Itu hukum alam biasa. Hukum alam lainnya adalah: lebih banyak yang akan lebih susah. Pemimpin-pemimpin hebat akan lahir dari tantangan sulit seperti itu. Ini juga ujian baru untuk presiden seperti Donald Trump –yang menerima flu lebih berbahaya dari virus Corona. WHO – organisasi kesehatan sedunia– sudah mengumumkan virus wabah Corona sebagai pandemik.
Kemarin. Penting: sudah menjadi tantangan bagi seluruh dunia. Sudah lebih dari 100 negara yang tertular virus itu. Bukan lagi endemik –yang hanya disetujui satu atau beberapa negara saja. Tapi Uni Emirat Arab (UEA) akan mengumumkan juga akan ikut membanjiri pasar minyak dunia. Kemarin. Berhasil: perang minyak mentah bukan lagi drama satu babak. UEA adalah negara terbesar ketiga di bidang produksi minyak. Mulai April nanti produksinya akan dinaikkan 1 juta barel / hari –menjadi 5 juta barel / hari. Dunia akan mendapat tambahan pasokan minyak 4 juta barel / hari. Itu karena Arab Saudi – produk terbesar dunia – meningkatkan produksi minyaknya dari 9,7 juta barel / hari ke 12,3 juta barel / hari. Rusia juga sudah mengumumkan kenaikan setengah juta barel / hari. Tinggal Irak – produsen terbesar dunia – yang belum menentukan sikap. Mungkin hari ini. Kombinasi pandemik, minyak banjir, dan perang dagang adalah wajah dunia baru tahun 2020. Presiden Trump sendiri akhirnya mengambil langkah drastis: mengeluarkan pesawat Eropa masuk Amerika. Berhenti dari Inggris. Warga negara Amerika sendiri (termasuk pemegang green card dan keluarga mereka) boleh pulang dari Eropa. Tapi akan diatur secara ketat: hanya boleh mendarat di bandara tertentu. Di situlah mereka akan berpartisipasi secara khusus. Terkait dikarantina. Singapura –yang tergantung tergantung dari layanan yang dipindahkan– tetap mengizinkan siapa pun masuk negara itu. Tapi ada persyaratannya: jadi mendarat dilakukan pemeriksaan air liur. Bagi mereka yang tinggi badannya tinggi. Begitu hasil pemeriksaan yang menimbulkan kecurigaan ke arah virus Corona, mereka akan dibawa ke rumah sakit tertentu. Semua biaya di rumah sakit itu –yang di Singapura mahalnya bukan utama itu– harus ditanggung orang itu sendiri. Italia bahkan sudah menjadi ibarat Tiongkok –dua bulan yang lalu. Awalnya hanya Italia bagian utara yang terkunci . Tapi sejak Rabu, kemarin berubah menjadi seluruh Italia. Tidak ada kesaksian orang Indonesia di Italia yang lebih dramatik dari apa yang ditulis Romo Lukas Nurak – sudah diterbitkan luas di media sosial. Romo Nurak dulunya menjadi pendeta di Pulau Nunukan, Kaltara. Sejak beberapa waktu yang lalu dia telah menyetujui di Roma, Italia. Semula saya ragu apakah betul itu tulisan Romo Nurak. Maka saya minta tolong seorang teman Katolik di Jogja. Teman saya itu pun menghubungi Romo Benny Susetyo Pr. ”Menurut Romo Benny itu betul, itu tulisan Romo Nurak,” balas teman saya itu. Tidak sampai 10 menit kemudian Romo Benny sendiri yang mengirim WA ke saya. Kirim pesan teks Paus Fransiskus untuk wabah sekarang ini. Begitu mengharukan tulisan Romo Nurak dari Italia itu. ”Mohon …. doa untuk kami. Italia sedih, Italia berkabung …. Semua kota sepi, seperti kota mati tak berpenghuni …, ”tulis dia “Virus Corona telah memporakporandakan perasaan kami, melumpuhkan semua kegiatan iman kami, peradaban manusia, perziarahan batin umat Tuhan dan semuanya serta segala sesuatu ……..” ”Orang mati tidak bisa memenangkan undian, perminyakan orang sakit tak bisa diamalkan, misa dan perayaan sakramen sakramentalia suci lainnya ditiadakan ……” ”Mulai diumumkan oleh pihak yang diundang untuk tidak menghadiri kegiatan publik, lalu mulai saat ini, misa untuk umat ditiadakan ….. Air suci tidak disediakan lagi di pintu-pintu suci-Mu ….. Entah sampai kapan akan normal kembali ….. Semua diam … Semua bisu …… Hanya DOA dan HARAPAN, mohon PERTOLONGAN dari TUHAN . ” Apa yang diceritakan Pastor Nurak itu seirama dengan video-video yang dibaca dari Italia. Salah satunya seperti yang disiarkan stasiun TV Aljazeera. Sangat mengharukan. Luca Franzese seorang seniman ternama di Kota Napoli begitu bingungnya. Adiknya, perempuan, meninggal dunia. Mayatnyi meninggal. Positif Corona. Luca pun harus dikarantina. Sekeluarga. Dianggap sudah berhubungan dengan penderita virus Corona. ”Di depan saya ini mayat adik saya. Haruskah saya apakan? ” keluhnya suka frustrasi. Terima kasih pemerintah sudah tidak bisa menyediakan jalan keluar: harus diapakan mayat itu. Akhirnya pemerintah mengambil alih hanya di rumah kematian. ”Tapi rumah kematian tidak mau menerima mayat adik saya. Katanya, tidak ada fasilitas untuk kasus seperti adikku ini,” ujar Luca. Di Italia yang menderita virus Corona memang sudah sekitar 10.000 orang – 1000 orang meninggal dunia. Padahal, di Tiongkok sudah sangat reda. Upacara-penutupan rumah sakit darurat – karena tidak ada lagi pasien baru – terus terjadi setiap hari. Kabar baik yang sangat baik itu juga datang dari provinsi terparah: Hubei –pusat lahirnya virus Corona. Rabu kemarin penderita baru di provinsi ini ”tinggal” 8 orang. Jangan-jangan hari ini sudah bisa 0. Atau besok. Atau lusa. Dari 67.000 penderita di Hubei, yang sudah pulih 52.000 orang. Di Provinsi Zhejiang –yang beribukota di Hangzhou, pusatnya Alibaba itu– dari 1.215 penderita yang sudah pulih 1.209. Berarti tinggal enam orang yang belum pulih. Di Provinsi Jiangxi –tempat saya belajar bahasa Mandarin dulu– dari 935 penderita, yang sudah sembuh 934. Tinggal satu orang yang masih bisa mengerti. Demikian juga di Provinsi Fujian – Mayoritas Tionghoa Indonesia punya leluhur di provinsi ini– dari 296 penderita virus Corona yang sudah sembuh 295. Kurang satu orang lagi. Karena itulah terbaru di Tiongkok. Tapi sukses seperti itu harus melewati kesulitan luar biasa jutaan orang. Mereka harus mengunci –seperti yang sekarang dilakukan di Italia. Lebih dua bulan orang Tiongkok harus dipenjara di rumah masing-masing. Italia pun mengikuti cara Tiongkok itu. Hancurnya ekonomi belum penting dibicarakan. Penyelamatan nyawa manusia yang harus diutamakan. Untuk apa ekonomi baik jika semua orang meninggal dunia.
SUMBER:https://pojoksatu.id/lipsus/2020/03/13/lukas-lock/

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X