METROPOLITAN - Para peneliti di Institut Rekayasa Biologi Catalunya (Institute for Bioengineering of Catalonia/IBEC) bersama kolaborator dari Kanada, Swedia dan Jerman berhasil mengidentifikasi sebuah obat yang mampu menghambat efek corona (Covid-19), demikian disampaikan institut tersebut pada Jumat (3/4) seperti dilansir Jawa Pos dari Antara. “Kami berhasil mengembangkan kultur sel yang menyerupai ginjal, yang kami sebut ginjal mikro, untuk meneliti efek sebuah obat yang akan memasuki (uji coba) tahap dua pada pasien penderita penyakit COVID-19,” kata Profesor Nuria Montserrat, pemimpin proyek riset itu. Pengobatan ini terbukti bisa mengurangi jumlah virus yang ada dalam jaringan hingga 5.000 kali, menggunakan ginjal-ginjal mikro yang dihasilkan sel punca manusia untuk menunjukkan bagaimana virus itu berinteraksi dengan sel manusia dan menginfeksinya. “Penggunaan obat ini mampu menghambat virus masuk dan melakukan replikasi dalam ginjal mikro yang bisa kami lakukan di laboratorium melalui rekayasa biologi,” papar Profesor Montserrat. Temuan menjanjikan yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah prestisius “Cell” mendorong perusahaan bioteknologi yang telah mengembangkan obat tersebut, APEIRON Biologics, untuk mengumumkan bahwa pihaknya segera memulai uji coba klinis terhadap 200 pasien corona tahap lanjut di Eropa. Obat tersebut, yang dinamai APN01, sudah ada karena sebelumnya dikembangkan untuk melawan wabah SARS (sindrom pernapasan akut parah) pada 2003. SARS disebabkan oleh corona virus yang sangat mirip Covid-19 saat ini. APN01 telah diuji untuk tahap awal infeksi, karena organ mikro hanya bisa disimpan dalam kultur sel maksimal 15 hari. Namun demikian, para peneliti meyakini obat antivirus ini juga bisa efektif untuk tahap lebih lanjut dan akan dibuktikan dalam uji coba yang dimulai dalam beberapa pekan ke depan di Eropa. (*/feb/py)