METROPOLITAN.id - Pandemi virus corona atau covid-19 menyita perhatian seluruh masyarakat.
Namun di tengah segala keterbatasan, Yayasan Visi Nusantara Maju bersama Aliansi Peduli Perempuan Indonesia (Alinea) menggagas diskusi daring atau online bertajuk 'Kartini Day, Kartini Milenial', Senin (13/4) sore.
Tema Kartini dipilih lantaran bulan April menjadi hari lahirnya salah satu pejuang emansipasi perempuan yaitu Kartini. Kita lazim memperingati Hari Kartini setiap 21 April.
Diskusi ini mencoba menghadirkan semangat Kartini di tengah pandemi corona. Semangat Kartini diharapkan tak padam di setiap perempuan Indonesia.
Sejumlah narasumber perempuan ikut hadir mengisi diskusi yang dipandu aktivis perempuan dan perlindungan anak, Heni Rustiani.
Mantan Bupati Bogor periode 2014-2018, Nurhayanti ikut menyampaikan pandangannya. Ia mengutip tiga poin pemikiran Kartini.
Pertama, perempuan harus berpendidikan, harus sekolah untuk meningkatkan kapasitasnya. Kedua, perempuan harus memerangi kemiskinan, harus mandiri secara ekonomi. Ketiga, perempuan harus memerangi ketidakadilan seperti kawin paksa, pernikahan dini dan elsploitasi perempuan.
Narasumber selanjutnya adalah anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Erni Sugiyarti. Perempuan yang maju dari Dapil Kabupaten Bogor ini mengatakan, masih banyak produk hukum yang belum berpihak kepada perempuan. Dengan kata lain, masih banyak produk hukum diskriminatif terhadap perempuan. Misalnya, tentang jam kerja ataupun yang mengatur migran perempuan yang belum menyentuh pada pokok permasalahan perempuan itu sendiri
Pembicara yang ketiga yaitu Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) Kabupaten Bogor, Ine Roswianita. Menurutnya, saat ini perempuan sudah banyak yang aktif dalam hal kemadirian ekonomi. Meski demikian, masih sangat diperlukan penguatan jejaring perempuan sehingga kemandirian perempuan, dalam hal ekonomi akan mampu membawa peningkatan kesejahteraan keluarganya sendiri.
-
Hadir juga Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bogor Ummi Wahyuni. Ia menyampaikan beberapa hal terkait kiprah perempuan dalam politik.
Perempuan harus mengisi dan aktif secara langsung dalam politik. Peran perempuan dalam politik bisa sebagai penyelenggara dengan mengisi jabatan di KPU, Bawaslu dan DKPP.
Sebagai peserta, perempuan bisa mengisi ruang-ruang pengurus partai sehingga menjadi peserta pemilu ataupun sebagai pemilih yang cerdas dan berkualitas. Perempuan juga bisa mengambil perannya sebagai pemantau sebagai kontrol sosial dalam proses demokrasi.
Perempuan pertama yang menjabat ketua KPU di Bumi Tegar Beriman ini juga menekankan pentingnya kualitas perempuan itu sendiri. Sudah bukan saatnya menuntut persamaan peran ketika perempuan itu tidak mampu menunjukkan kualitas diri.
Diskusi dihadiri berbagai elemen perempuan, tak terkecuali dari kaum milenial. Hadir ketua Immawati, ketua Kohati, ketua Alinea, ketua Kopri hingga ormas perempuan seperti Fatayat NU, Aisyiah, Sarinah, Iwapi dan berbagai peserta lainnya dari luar Bogor.
-
Dalam kesempatan itu, Ketua Yayasan Visi Nusantara Maju, Yusfitriadi menyambut antusias dan mendukung diskusi ini.
Visi Nusantara Maju akan terus mengadakan kegiatan serupa, khususnya yang dapat meningkatkan kapasitas perempuan itu sendiri.
Ada dua hal yang dianggap Yusfitriadi masih menjadi problematika, yakni problem struktural dan problem kultural.
Problem struktural meliputi political will, good will dan struktur kelembagaan. Struktur kelembagaan diperlukan dalam optimalisasi peran penguatan kapasitas dan affirmative action itu sendiri.
Sedangkan problem Kultural dipandang sebagai problem psikologi yang melekat pada dogma yang dianut suatu keluarga, misalnya kecenderungan sifat perempuan yang pemarah, lemah ataupun keterbatasan perempuan untuk keluar malam.
Afirmasi action seharusnya tidak hanya menjadi perjuangan perempuan itu sendiri, namun menjadi perjuangan laki-laki. Sehingga, keberpihakan terhadap perempuan bukan hanyabmenjadi perjuangan perempuan itubsendiri namun menjadi bagian dari perjuangan laki-laki sebagai mitra bersama.
Langkah ini harus menjadi sebuah gerakan, bukan hanya pemberdayaan perempuan saja yang seolah-olah perempuan tidak berdaya. Namun menjadi sebuah gerakan persamaan dalam sebuah kesejajaran dalam berbagai hal.
Peningkatan kapasitas perempuan dalam berbagai hal menjadi sebuah keharusan. Oleh karena itu, hal yang wajib sekali bagi perempuan itu sendiri untuk selalu melakukan berbagai hal yang mampu meningkatkan kapasitasnya.
Banyak hal yang bisa dilakukan, seperti selalu membaca buku, menuliskan pemikirannya dan berdiskusi.
"Hal terpenting lagi yaitu perempuan harus berjejaring dan saling bersinergi untuk selalu menebarkan gerakan yang positif. Karena dengan hal yang terkecil sekalipun kalu kita melakukannya secara kolektif dan berkesinambungan, ini akan menghasilkan gerakan yang bermanfaat besar bagi orang lain," pungkas Yusfitriadi. (fin)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.
Terkini
Minggu, 21 Desember 2025 | 20:20 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 14:35 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 14:00 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 13:53 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 13:37 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 13:31 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 08:00 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 07:00 WIB
Minggu, 21 Desember 2025 | 06:15 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:22 WIB
Sabtu, 20 Desember 2025 | 11:05 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 20:03 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 15:28 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 15:10 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 14:29 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 14:21 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 14:18 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 13:43 WIB
Jumat, 19 Desember 2025 | 11:48 WIB