Wali Kota Bogor Bima Arya bersama Ade Sarip Hidayat saat meresmikan Taman Penitipan Anak. (foto:Prokompim Kota Bogor)
METROPOLITAN.id - Ade Sarip Hidayat sudah memasuki masa purnabaktinya sebagai Sekretaris Daerah Kota Bogor pada, Rabu (30/9). Di hari terakhirnya bertugas, Ade Sarip meluncurkan Taman Penitipan Anak ‘Mutiara Tunas Praja’ di Klinik Korpri, Jalan Raya Pajajaran, Kecamatan Bogor Timur.
“Tiga tahun saya menjadi Ketua Korpri, ada empat hal yang ingin kita bangun untuk mensejahterakan anggota, yakni kesehatan, pendidikan, daycare (penitipan anak) dan niaga,” katanya.
Di bidang kesehatan, Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) Kota Bogor telah menghadirkan klinik dan sudah terdaftar di BPJS. Sekarang malah sudah mandiri dan tidak lagi minta ke Korpri, serta sudah menghasilkan sesuatu untuk kepentingan Korpri. Termasuk juga para anggota di Kota Bogor sudah memanfaatkannya, walaupun belum secara menyeluruh.
“Untuk kepentingan Klinik Korpri, ditunjuk dokter Rubaeah (mantan Kadinkes) sebagai penanggung jawab. Di bidang pendidikan, Korpri sudah menyiapkan aset berupa lahan untuk dibangun SD atau SMP. Kaitan niaga, saya sudah komunikasi dengan pengurus Korpri Pusat, sudah diskusi, rapat kerja, tinggal urusan tempat saja, mereka siap untuk memberikan bantuan, termasuk pengadaan barang dari pusat,” ujarnya.
Terakhir yakni Taman Penitipan Anak atau Daycare. Ia pun bersyukur hal ini bisa diwujudkan Harapannya, para anggota Korpri yang punya balita bisa dititipkan dan diasuh menjadi tunas-tunas yang baik sebagai pengayom, praja ke depan.
“Semua yang telah diresmikan merupakan sebuah sejarah bagi kami di Korpri Kota Bogor. Mudah-mudahan Korpri ini ada manfaat tidak sekedar tiap bulan memberikan bantuan kepada yang pensiun yang kebutuhan itu sudah Rp 1,8 miliar, tapi ada manfaat lain,” ujar Ade Sarip.
-
Sementara itu, Wali Kota BogorBima Arya, yang hadir dalam peresmian, bercerita tentang pengalamannya menggunakan layanan daycare ketika kuliah di Canberra, Australia. Tepatnya pada 2004, saat itu anak pertamanya Kinaura Maisha, baru berusianya dua bulan. Saat itu, sang istri Yane Ardian ingin bekerja demi memenuhi kekurangan uang beasiswa.
“Rencananya waktu itu kita mau menitipkan Kin di daycare. Kita baru tahu ternyata tidak mudah mencari daycare di Canberra, penuh semua, ada aturan ketat sekali seperti masuk sekolah. Harus screening kesehatan dan lain-lain,” ungkap Bima.
Saat akan menitipkan anak, ada salah satu persyaratan yang belum bisa dipenuhi, yakni batas usia. Baru boleh masuk minimal umur enam bulan. Sedangkan Ibu Yane sudah harus masuk kerja. Jadi, yang terjadi selama empat bulan, ia pun menggendong Kinaura ke mana-mana.
“Antar Bu Yane kerja, lalu Kinaura saya ajak ke kampus, saya ajak bimbingan, saya ajak segala macam selama empat bulan. Setelah usianya enam bulan baru kita titipkan ke daycare,” ujarnya.
Bima mengatakan, Indonesia sangat butuh sekali daycare. Tetapi masyarkat kita diangap belum terbiasa mempercayakan pada orang.
"Kalau di sana, begitu sudah certified, berarti daycare-nya aman, sudah teruji semuanya, tidak sembarangan,” terang dia.
Bima pun mengapresiasi inisiatif Korpri Kota Bogor dalam mewujudkan hadirnya Taman Penitipan Anak ‘Mutiara Tunas Praja’ sebagai karya pamungkas dari Pak Ade Sarip di hari terakhir Pak Sekda bertugas.
“Atas nama seluruh warga Bogor dan pemkot kami mengucapkan terimakasih atas inisiatif Pak Sekda dalam membangun Klinik Korpri ini dan juga sekarang berbagai macam fungsi yang ada di sini untuk kemaslahatan warga, persembahan dari Pak Ade dan Korpri untuk warga Kota Bogor,” pungkasnya. (*/ryn)