Penjual tanaman di Depok bernama Mario ketiban rezeki nomplok. Sebab sekitar 500 pot tanamannya dibeli seorang pembeli bukan dengan uang, melainkan dengan satu rumah senilai Rp500 juta. Mario pun mengaku kaget. Baru pertama ini dia mendapat pembeli yang membayar tanamannya dengan rumah. ”AWALNYA sih saya tidak nyangka sebelumnya tidak kenal (dengan pembeli), saya tanya kepada beliau dapat info nomor saya dari mana, ternyata dia mengikuti posting-an saya di Facebook, terus dia tanya ke saya ada berapa jenis tanaman di sini, waktu kan memang lagi ada beberapa yang aroid ya,” kata Mario. ”Terus dia menawarkan langsung menukar dengan rumah, saya juga kaget, lho kenapa nggak dibeli pakai uang saja, karena kan dia tertarik dengan koleksi saya yang jumlahnya banyak, dia menawarkan langsung rumah,” lanjutnya. Namun, Mario tidak langsung menerima tawaran tersebut. Ia mempertimbangkan terlebih dulu dengan keluarga. Sekitar 2 minggu berlalu, dia menerima tawaran itu. “Saya tanya memang nilai rumahnya berapa, terus disebutkan segitu. Lalu saya bilang ya sudah kalau memang dibeli oke, ditukar dengan rumahnya juga oke. Setelah itu saya diundang ke Garut untuk melihat rumah itu, saya sekeluarga ke sana, terus mungkin cocok semua, istri-anak itu ke sana, setelah itu transaksinya jadi,” ujarnya. Pembeli tanaman Mario bernama Hidmat Syamsudin. Proses barter tanaman dan rumah berlangsung tiga hari lalu. Dia membarter rumah dengan harga sekitar Rp 500 juta dengan puluhan tanaman hias jenis aroid. Hidmat membarter rumah dengan tanaman karena sejumlah alasan. Pencinta tanaman itu mengaku berinvestasi lewat tanaman. ”Jadi lebih ke barter investasi sebenarnya,” katanya. Hidmat juga bercerita tentang tanaman yang menyelamatkan perekonomian keluarganya saat pandemi virus Covid-19 melanda Indonesia. ”Tidak diduga-duga, saat usaha sedang turun karena pandemi, tanaman ini bisa jadi penyelamat,” ujar Hidmat. Hidmat sendiri membantah kabar bahwa kisahnya membarter tanaman dengan rumah merupakan setting-an. Dia memiliki bukti otentik proses transaksi. ”Nggak ada setting-an. Tanaman sudah di tangan saya, begitu pun sertifikat rumah sudah di tangan penjual,” pungkasnya. (dtk/els/py)