Senin, 22 Desember 2025

Suara Dentuman Bikin Pengungsi Berhamburan

- Senin, 1 Februari 2021 | 15:30 WIB

METROPOLITAN - Warga Kampung Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyal­indung, Kabupaten Suka­bumi, dihebohkan suara dentuman disertai gemuruh pada Sabtu (30/1) malam. Suara tersebut didengar war­ga penyintas bencana alam pergerakan tanah sekitar pu­kul 19:00 WIB. Mereka pun berlarian ke Posko Bencana di SDN Ciherang, karena takut terjadi hal yang tak di­inginkan. Relawan kebencanaan di kampung tersebut, Asep Has, mengatakan bahwa warga sempat berhamburan ketika mendengar suara gemuruh tersebut. Mayoritas warga merupakan pengungsi man­diri yang terdampak bencana pergerakan tanah. ”Malam hari pada berhamburan. Saya tiap hari di sini memantau pengungsi. Laporan dari warga tidak hanya di Ciherang, tapi warga yakin suara berasal dari lokasi mereka,” katanya. Sementara itu, Badan Me­teorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat anomali gelombang seismik saat warga melaporkan ke­jadian itu. ”Hasil monitoring BMKG terhadap beberapa sensor seismik di wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menunjukkan adanya anomali gelombang seismik saat warga melaporkan sua­ra gemuruh yang disertai bunyi dentuman,” kata Ke­pala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono. Daryono menjelaskan, du­rasi rekaman seismik hanya berlangsung tujuh detik, saat di atas pukul 19:00 WIB. ”Tam­pak sangat jelas adanya reka­man seismik yang terjadi pada pukul 19:00:36 hingga 19:00:43 WIB. Lama durasi rekaman seismik berlangsung cukup singkat hanya selama 7 detik,” ungkapnya. Menurutnya, anomali seis­mik ini tampak sebagai gelom­bang frekuensi rendah (low frequency). Sepintas bentuk gelombangnya (waveform) seismiknya tampak mirip rekaman longsoran atau ge­rakan tanah. Fenomena alam gerakan tanah memang lazim menimbulkan suara gemuruh, bahkan dentuman yang da­pat didengar warga di seki­tarnya. Ia menduga fenomena ini akibat proses gerakan tanah. ”Menurut laporan warga, ge­taran itu muncul setelah hu­jan deras mengguyur. Jadi, dugaan kuat yang terjadi ada­lah adanya proses gerakan tanah yang cukup kuat hing­ga terekam di sensor gempa milik BMKG,” tuturnya. Kendati demikian, dia men­jelaskan, verifikasi perlu dila­kukan dengan survei lapangan untuk memastikan apakah fenomena ini akibat gerakan tanah. “Untuk verifikasi tam­paknya perlu dilakukan sur­vei lapangan di wilayah, di mana terdengar suara gemuruh untuk mencari apakah ada rekahan di permukaan akibat gerakan tanah tersebut. Jika tidak ditemukan, maka besar kemungkinan proses gerakan tanah terjadi di bawah per­mukaan tanah,” bebernya. Sebelumnya diberitakan, warga mendengar suara ge­muruh yang kemudian di­akhiri suara dentuman. Ben­cana di Kampung Ciherang terjadi sejak 13 Desember 2019. Catatan yang diperoleh, ter­dapat 3 rumah rusak berat, 13 rumah rusak sedang, ter­dampak 16 rumah, terancam 101 rumah dan mengungsi 35 rumah. Sedangkan rumah yang dibongkar 6 rumah. (rdp/ imk/els/py)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X