METROPOLITAN.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor angkat suara soal perbedaan data pasien Covid-19 yang meninggal antara yang dilansir aplikasi Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jawa Barat (Pikobar) dengan aplikasi Geoportal milik pemerintah Kabupaten Bogor. Dinkes mengaku ada kesalahan dalam penginputan data sehingga terjadi perbedaan jumlah pasien yang meninggal. Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor, dr Dedi Syarif mengatakan, setiap hari, pihaknya melaporkan data harian Covid untuk tiga aplikasi berbeda. Pertama, Geoportal milik Pemerintah Kabupaten Bogor, Pikobar milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat, serta aplikasi New All Record (NAR) milik Kementerian Kesehatan. Menurutnya, ketiga aplikasu tersebut belum terintegrasi dengan akurat sehingga terdapat perbedaan antara setiap data. "Karena ada tiga data yang kami pakai, jadi satu sama lain belum terintegrasi dengan akurat. Makannya ada perbedaan data antara di kita dengan provinsi," kata Dedi, Selasa (2/2). Dedi berdalih, perbedaan data tersebut lantaran adanya kesalahan input data pada tim IT. "Kalau itu ada salah di IT bahwa salah input. (Seharusnya) data yang terkonfirmasi positif diceklisnya di kolom konfirmasi, tapi ini diceklisnya di kolom meninggal. Kesalahan di situ," akunya. Saat ini, Satgas Covid-19 Kabupaten Bogor tengah menindaklanjuti perbedaan data tersebut ke provinsi dan pusat dengan merevisi data yang salah input. Dedi mengklaim, data terakurat yakni merujuk pada data Satgas Kabupaten Bogor, bukan Pikobar. "Sebenarnya yang benar yang 81 pasien meninggal, data Satgas. Pikobar salah," kata Dedi. Sebelumnya, pada laman resmi Pikobar, jumlah angka kematian akibat Covid-19 di Kabupaten Bogor mencapai 304 kasus, per Minggu 31 Januari 2021. Data tersebut berbeda dengan apa yang dicatat Kabupaten Bogor yang hanya mencantumkan 81 kasus kematian. (ogi/b/fin)