METROPOLITAN - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melakukan penelitian di lokasi pergerakan tanah di Kampung Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, beberapa waktu lalu. Rekayasa Madya PVMBG, Imam Santosa, mengatakan, pihaknya telah mengeluarkan hasil penelitian sementara. ”Jadi dari hasil penelitian kajian kemarin itu, kami bisa mengeluarkan hasil sementara sebelum ada laporan resmi. Yang sangat masif itu retakan-retakan dan amblesan bisa sampai dua meter, lebarnya itu bisa satu sampai tujuh meter. Itu arahnya hampir searah semua arah timur laut barat daya, itu dari rekahan,” bebernya. Imam menjelaskan, hasil penelitian pergerakan tanah di Kampung Ciherang itu dikarenakan lokasi tersebut berada di atas batuan vulkanik. ”Memang kalau kami tinjau pengontrol gerakan tanah itu ada beberapa, ke satu kontrol litologi secara geologi bahwa memang Kampung Ciherang itu berada di atas batuan vulkanik yang kami sebut breksi vulkanik itu. Nah, itu di atas breksi vulkanik itu banyak tanah-tanah pelapukan tanah yang warna merah atau cokelat tua,” jelasnya. Menurutnya, tanah tersebut lebih kedap air, sehingga diprediksi pemicu gerakan tanah itu akibat curah hujan dan air berlebih yang masuk ke dalam retakan yang ada sebelumnya. ”Nah, itu yang di atas bidang gelincir batuan breksi vulkanik yang lebih kedap terhadap air. Memang pemicunya tentu saja curah hujan yang cukup tinggi, air yang berlebih, berlimpah, tapi memang penataan drainase, selokan-selokan juga nggak bagus di Kampung Ciherang itu, air melimpah ke mana-mana, dia masuk ke retakan-retakan yang sudah ada sebelumnya,” terangnya. ”Jadi makanya dia fenomenanya bisa berupa gerakan tanah tipe lambat, ini kan tipe lambat gerakan rayapan ini sebetulnya,” sambungnya. Imam mengatakan, dikhawatirkan tipe lambat tersebut berkembang menjadi cepat yang dapat menimbulkan kerusakan lebih parah. ”Tapi di bagian bawah kami juga temukan gerakan tanah yang tipe cepat, nah, itu yang kami khawatirkan, kan, tipe lambat bisa berkembang ke tipe cepat, (pelan tapi pasti) betul,” ujarnya. Imam menambahkan, berdasarkan keterangan warga, pergerakan tanah itu sudah terjadi berulang kali. Sehingga warga di lokasi Kampung Ciherang harus direlokasi. ”Karena menurut sejarah, kami ngobrol sama orang-orang kampung di sana sudah berulang, dari zaman dulu dari 1946, 2001, itu sudah beberapa kali memang di Kampung Ciherang ini sudah begitu. Terakhir kesimpulan kami bahwa perlu direlokasi di sana,” pungkasnya.(tib/els/py)