Bocah laki-laki berusia 6 tahun di Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi, Septian, mengidap penyakit langka. Selain kulitnya bersisik, dia juga dilarang terkena sinar matahari oleh dokter yang menanganinya. SANG ayah, Basuni, menyebut kondisi putranya baru diketahui ketika usia putranya 6 bulan. Ada bintik putih di dekat hidung putra satu-satunya itu. Lama-kelamaan bintik putih itu bertambah banyak hingga nyaris di sekujur tubuhnya. “Saat usia anak saya 5 bulan, ada bintik putih di hidung. Bentuknya seperti jerawat, semakin lama bertambah banyak sampai rentang waktu 6 bulan bintik putih itu berubah menjadi hitam dan mulai kerasa gatal-gatal ketika usia anak saya 3 tahun,” kata Basuni. Basuni sempat membawa putranya berobat ke puskesmas dan rumah sakit. Ia juga sempat mendatangi pengobatan kampung secara spiritual. Namun kondisi putranya tidak kunjung membaik. Terakhir, ketika membawa putranya ke RSUD Sekarwangi Cibadak pihak rumah sakit menyarankan agar Septian dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Basuni pun menyerah ketiadaan biaya terpaksa membuatnya mundur perlahan. ”Saya nggak sanggup. Saya sudah lama nganggur bekerja serabutan. Sampai kemudian saya bertemu relawan sosial dari Sahabat Kristiawan Peduli (SKP), akhirnya seluruh biaya pengobatan Septian ditanggung. Alhamdulillah. Sekarang sudah dua hari saya di Bandung rutin memeriksakan kondisi anak saya,” ungkap Basuni. ”Terhitung sudah lima kali saya memeriksakan kondisi Septian, hari ini ada jadwal untuk menjalani radiologi dan bertemu spesialis kulit. Saya lupa apa nama penyakitnya tapi katanya jenis kanker, penyakit langka. Anak saya juga tidak boleh terkena sinar matahari langsung,” lirih Basuni. Terpisah, Founder SKP, Kristiawan Saputra, membenarkan biaya Septian dan biaya selama di rumah singgah ditanggung olehnya. Biaya tersebut berasal dari para dermawan yang menitipkan rezekinya untuk pengobatan Septian. (dtk/els/py)