METROPOLITAN.id - Penghentian sementara kebijakan Ganjil Genap di Kota Bogor rupanya sedikit banyak berdampak pada meningkatkan kepadatan kendaraan dan mobilitas warga. Hal itu pun mendapat perhatian Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim. Melihat kondisi akhir pekan lalu tanpa kebijakan Ganjil Genap, Dedie Rachim mengaku khawatir melihat situasi Kota Bogor yang terpantau dipadati kendaraan saat relaksasi Ganjil Genap. Menurutnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor pun tengah putar otak mencari langkah-langkah yang efektif menekan mobilitas warga. Sebab, hingga hari ini Kota Bogor masih dalam situasi pandemi Covid-19. "Belum, belum ada keputusan (dilanjut atau tidak). Ya hari ini (8/3) baru menghitung angka, indikator-indikator pasca diterapkan Ganjil Genap," katanya saat ditemui awak media di kawasan Jalan Suryakencana, Kota Bogor, Senin (8/3). Meskipun, sambung dia, kasus Covid-19 harian di Kota Bogor terus menurun sejak beberapa pekan terakhir. Teranyar pada Senin (8/3), kasus Covid-19 harian 'hanya' berjumlah 32 orang. Jumlah itu, kata Dedie, menjadi yang paling rendah sejak 16 Februari 2021 lalu atau sekitar tiga pekan lalu. "Hari ini penambahan kasus baru harian Covid-19 terendah sejak 16 Februari lalu. Rinciannya penambahan kasus 32 orang, penambahan pasien sembuh ada 151 orang. Sehingga total hingga hari ini yang berstatus positif aktif sebanyak 1.189 pasien," jelas Dedie. Pada evaluasi kebijakan Ganjil Genap, ia mengakui ada kekhawatiran bahwa akan timbul kerumunan sehingga berpotensi penyebaran Covid-19 di Kota Bogor, jika Ganjil Genap ditiadakan seperti akhir pekan lalu. "Itu tadi kekhawatiran kami. Sehingga kami cari langkah-langkah apa yang paling efektif untuk menekan mobilitas warga," jelasnya. "Melihat kepadatan akhir pekan lalu, akan dievaluasi dari data. Kami akan rapat lagi pada 17 Maret nanti atau 18 Maret 2021 untuk memutuskan langkah-langkah selanjutnya," tuntas Dedie. (ryn)