Senin, 22 Desember 2025

Pengusaha Tahu Tempe di Bogor Mogok Produksi, Dedie A Rachim Minta Dua Hal Ini

- Senin, 21 Februari 2022 | 15:29 WIB

METROPOLITAN.id - Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim angkat suara terkait aksi mogok produksi yang dilakukan sejumlah pengusaha tahu tempe di Kota Bogor. Aksi yang direncanakan berlangsung selama tiga hari sejak Senin hingga Rabu (21-23/2) itu diklaim pengusaha sebagai aksi protes imbas harga kedelai yang semakin tinggi saat ini. Menurut Dedie A Rachim, sebenarnya pihaknya sudah mendapatkan informasi dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) ikhwal harga kedelai yang masih tinggi di pasaran saat ini. Di mana, tingginya harga bahan baku tahu tempe itu terjadi karena dua hal. Pertama, terjadi persoalan karena sistem distribusi antar negara, terkait kontainer dan pelabuhan. Kedua, terjadi perubahan masa tanam di Amerika Serikat sehingga mengakibatkan mundurnya masa panen. "(Jadi) pada prinsipnya tentu hal ini tidak bisa dikendalikan langsung oleh kita, karena ini semua semata-mata ketergantungan kita kepada pihak importir," kata Dedie A Rachim, Senin (21/2). "Nah memang ke depan kami berharap kedelai lokal ini bisa dibudidayakan dan ditumbuh kembangkan di Indonesia secara lebih luas, sehingga hal-hal seperti ini tidak terjadi lagi," sambungnya. Selain membudidayakan kedelai lokal, dikatakan Dedie A Rachim, ada cara lain yang bisa digunakan masyarakat untuk mengatasi kelangkaan tahu tempe ini. Yakni, dengan cara melakukan perubahan konsumsi makanan, artinya mengganti makanan tahu tempe dengan makanan yang memiliki sumber-sumber protein nabati lainnya. "Jadi kalau masyarakat membutuhkan protein nabati hal itu bisa diperoleh dari sumber-sumber protein nabati yang lain," ucap dia. "Artinya kita tidak selamanya tergantung oleh produk-produk termasuk bahan pertanian import yang menjadi bahan baku dari tahu tempe," lanjutnya. Disinggung apakah memungkinkan Kota Bogor mengembangkan budidaya kedelai, diakui Dedie A Rachim, hal tersebut tidak mungkin, karena Kota Bogor keterbatasan dengan lahan. Meski begitu, pihaknya meminta baik Litbang Pertanian, IPB, perguruan tinggi lainnya serta instansi terkait dapat memikirkan solusi bersama-sama agar ketergantungan import kedelai bisa teratasi di kemudian hari. "Kita berharap semua pihak bisa ikut memikirkan ke depan, supaya tidak terjadi lagi seperti yang kita hadapi saat ini," ujar Dedie A Rachim. Sebelumnya, sejumlah pengusaha tahu tempe di Kota Bogor melakukan aksi mogok produksi pada Senin (21/2) hari ini. Aksi mogok tersebut rencananya akan dilaksanakan selama tiga hari, mulai dari Senin hingga Rabu (21-23/2). Seperti diungkapkan salah satu pengusaha tahu tempe di Kota Bogor, Mumuh Mulyana (60). Menurutnya, aksi ini bukan untuk mencari masalah semata, melainkan mencari solusi agar harga kedelai kembali turun dan normal. "Iya kita mulai hari ini. Bukan mau cari masalah yah. Tapi, kita mencari solusi dengan aksi ini. Biar pemerintah melek dan konsumen pun sama bahwa harga kedelai sedang tinggi," katanya. Dijelaskannya, kehadiran solusi dari pemerintah sudah sangat ditunggu oleh pihaknya. Sebab, kenaikan harga kedelai sudah berangsur terjadi sejak awal tahun. "Kita ini wong cilik. Kalau terus terusan naik, kita mau makan dimana. Katanya, pemerintah membela wong cilik. Kenyataannnya mana yang dibela," ucap dia. Dalam kesempatan ini, pihaknya juga meminta pemerintah agar mampu menciptakan lapangan pertanian kedelai. Karena, mengandalkan impor bukan lah solusi dari segalanya. "Buat apa banyak orang pintar mengenai pertanian. Kalau belum bisa mengembakan kedelai ini. Saya rasa pemerintah harus membuat sektor pertanian kedelai dengan nyata," ujarnya. Diketahui, harga kedelai saat ini mencapai Rp12.000 perkg, yang semula hanya berkisar di angka Rp8.000 perkg. Imbasnya, harga tahu dan tempe melonjak dua kali lipat. (rez) 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

X