METROPOLITAN.id - Bahan pokok tahu tempe kembali tersedia di Pasar Bogor pada Kamis (24/2). Hal ini terjadi setelah pengusaha tahu tempe di Kota Bogor melakukan aksi mogok produksi pada Senin (21/2) lalu. Kamis siang, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim bersama Ketua DPRD Kota Bogor Atang Trisnanto mengecek ketersedian tahu tempe di Pasar Bogor. Saat kunjungan, Dedie dan Atang melihat rata-rata pedagang mulai kembali berjualan tahu tempe dengan harga normal. Salah satu pedagang tempe Nurdin saat berbincang dengan Dedie mengatakan harga tempe saat ini Rp13.000 per potong dan tahu Rp800 per potong. Ia menyebut, pedagang tidak bisa menaikkan harga hanya mengecilkan ukuran tempe. Kepada Dedie, Nurdin bersyukur bisa berjualan kembali setelah tiga hari setop berjualan lantaran tidak mendapatkan kiriman dari pengrajin lantaran menghentikan operasional. "Bersyukur tahu tempe sudah ada. Harga tempe tidak naik, hanya ukurannya saja yang dikurangi dan sejauh ini aman (sudah tersedia)," kata Dedie. Untuk itu, Dedie meminta agar masyarakat tidak perlu khawatir saat ini ketersedian tahu tempe di Bogor sudah tersedia. Sementara itu, Ketua DPRD Atang meminta agar kelangkaan kedelai sebagai bahan baku impor bisa ditekan. Ia juga mengharapkan pemerintah pusat bisa mengambil langkah mencari negara negera impor kedelai selain Amerika, Brazil dan Argentina. Sedangkan untuk jangka panjangnya memikirkan, peningkatan produksi dalam negeri melalui petani dalam negeri. "Pemerintah pusat juga bisa mendorong penelitian-penelitian varietas kedelai yang cocok di iklim tropis Indonesia," kata Atang. Ke depan, Atang juga menyarankan agar pemerintah bisa menggunakan lahan-lahan milik pemerintah yang tidak terpakai untuk digunakan petani untuk bercocok tanam kedelai lokal. Sebelumnya, sejumlah pengusaha tahu tempe di Kota Bogor melakukan aksi mogok produksi pada Senin (21/2) hari ini. Aksi mogok tersebut rencananya akan dilaksanakan selama tiga hari, mulai dari Senin hingga Rabu (21-23/2). Seperti diungkapkan salah satu pengusaha tahu tempe di Kota Bogor, Mumuh Mulyana (60). Menurutnya, aksi ini bukan untuk mencari masalah semata, melainkan mencari solusi agar harga kedelai kembali turun dan normal. "Iya kita mulai hari ini. Bukan mau cari masalah yah. Tapi, kita mencari solusi dengan aksi ini. Biar pemerintah melek dan konsumen pun sama bahwa harga kedelai sedang tinggi," katanya. Dijelaskannya, kehadiran solusi dari pemerintah sudah sangat ditunggu oleh pihaknya. Sebab, kenaikan harga kedelai sudah berangsur terjadi sejak awal tahun. "Kita ini wong cilik. Kalau terus terusan naik, kita mau makan dimana. Katanya, pemerintah membela wong cilik. Kenyataannnya mana yang dibela," ucap dia. Dalam kesempatan ini, pihaknya juga meminta pemerintah agar mampu menciptakan lapangan pertanian kedelai. Karena, mengandalkan impor bukan lah solusi dari segalanya. "Buat apa banyak orang pintar mengenai pertanian. Kalau belum bisa mengembakan kedelai ini. Saya rasa pemerintah harus membuat sektor pertanian kedelai dengan nyata," ujarnya. Diketahui, harga kedelai saat ini mencapai Rp12.000 perkg, yang semula hanya berkisar di angka Rp8.000 perkg. Imbasnya, harga tahu dan tempe melonjak dua kali lipat. (rez)