METROPOLITAN.id - Persoalan sekolah yang diduga mengeluarkan anak muridnya, L (9) tanpa alasan jelas memasuki babak baru. Teranyar, pihak sekolah mengklarifikasi persoalan tersebut melalui Kasi Kurikulum SD di Disdik Kota Bogor, Rini Mulyani. Menurut Rini, berdasarkan keterangan yang diberikan pihak sekolah, melalui wali kelasnya, diketahui bahwa persoalan ini bermula dari kesalahpahaman. "Kalau versi sekolah bilang itu salah menangkap maksud, karena memang di semester 1 itu sudah ada pemanggilan orang tuanya terkait dengan kesulitan anaknya dalam mengumpulkan tugas dan kehadiran," kata Rini baru-baru ini. Kemudian, dilanjutkan Rini, pihak orang tua berjanji akan mengubah dan memperbaiki kesalahan tersebut. Akan tetapi, pada semester 2 tidak ada perubahan signifikan dari L. Puncaknya, L pernah dibawa ke Bali ketika PTM sudah dimulai sehingga tidak masuk, dan juga tugas-tugas masih tidak dikumpulkan. Pun kalau dikumpulkan, tugas-tugas tidak diserahkan langsung oleh L maupun orang tuanya, melainkan melalui jasa ojek langganan kedua orang tuanya. "Wali kelasnya bilang sering mengingatkan, bahkan kalau di grup diingatkan ada tugas yang harus dibawa oleh anaknya, ini dia tidak mengumpulkan," ucap dia. "Di japri juga sama wali kelasnya, cuma dijawabnya tugas yang mana ya bu, itu yang di grup, aduh saya ga tau bu, akhirnya tidak mengumpulkan," sambungnya. "Nanti ditanya lagi, seperti itu lagi. Dan gurunya juga menunjukkan japri (dengan orang tua) bagaimana memberikan pelayanan komunikasi dan sebagainya ke orang tuanya, tapi orang tuanya sendiri selalu berulang seperti itu," ungkap Rini. Atas dasar itu, ditambahkan Rini, pihak sekolah mengambil keputusan, bahwa L disarankan naik bersyarat. "Versi sekolah disarankan naik syarat, khawatir memang kejauhan dan khawatir tidak bisa mengikuti kegiatan karena di SD Negeri memang banyak kegiatan lah ya, mungkin disarankan, kalau memang mau pindah silahkan pindah," imbuhnya. "(Kata pihak sekolah) Itu bahasa halus sekolah, harusnya ada perhatian ke anaknya yang kecil karena memang belum bisa mandiri, berbeda dengan kakaknya," lanjut dia. "Perhatian minimal sebulan sekali mengecek ke sekolah bagaimana dengan anaknya, atau membantu mendampingi pengajaran karena ada PJJ juga," ujar Rini. Diketahui, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Perumpamaan itu nampaknya tengah dirasakan Ranky Safitri. Orang tua murid dari salah satu SDN di Kota Bogor ini harus mengalami kejadian pahit, lantaran anaknya yang duduk di bangku Kelas 3 harus dikeluarkan secara tidak jelas oleh pihak sekolah dan proses pemindahan sekolah anaknya harus dilakukan secara mandiri atau sendiri. (rez)