METROPOLITAN.id - Kabinet Indonesia Maju pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tinggal tersisa dua tahun lalu. Sehingga banyak pihak menyebut perlu ada langkah kongkret penguatan kabinet melalui reshuffle. Ketua Dewan Pembina Laskar Ganjar Puan (LGP) Mochtar Mohamad mengatakan bahwa kabinet Jokowi biasa melakukan reshuffle pada hari Rabu. "Tentu momen yang paling pas Rabu Pahing, 2 November 2022," katanya. Ia menilai, gestur Jokowi saat menghadiri perayaan ulang tahun Partai Golkar merupakan pertanda reshuffle semakin dekat. Menurutnya, dalam memperkuat kabinet, sebaiknya tiga anggota kabinet dari Nasdem diganti dari PKS. Langkah ini, kata dia, bisa mengubah konstelasi Pilpres, Pileg dan Pilgub di DKI, Jateng, Sumut dan lainnya. "Begitu juga untuk anggota kabinet PAN dan PPP perlu ditambah agar kedua partai ini lolos ambang batas parlemen (parliamentary threshold) 4 persen dan untuk semua wakil menteri diberikan ke kader PDI Perjuangan," ujar Mochtar. Buatnya, langkah tersebut juga menghindari politik identitas tumbuh berkembang di tanah air. Langkah kedua, kata dia, untuk menghindari politik identitas maka perlu dibangun 3 poros Koalisi Nasionalis Religius. Ia mencontohkan PDI Perjuangan dengan 128 kursi ditambah PAN (44 kursi) dan PPP (19 kursi), sehingga total 191kursi. Contoh kedua, ada Gerindra (78 kursi) dan PKB (58 kursi) sehingga menghasilkan 138 kursi. Ketiga, Golkar (85 kursi) dan PKS (50 kursi), sehingga jumlahnya jadi 135kursi. Kemudian ada juga poros yang sudah terbentuk dan tinggal disempurnakan. "Contohnya PDI Perjuangan 128 kursi. Kedua, Gerindra 78 kursi dan PKB 58 kursi, jadi 36 kursi. Ketiga, Golkar 85 kursi ditambah PAN 44 kursi, PPP 19 kursi dan PKS 50 kursi, jadi 198 kursi," tandasnya. Dengan konfigurasi 3 poros tersebut, kata dia, kesinambungan pembangunan Kabinet Jokowi berlanjut. "Termasuk Ibu Kota Negara (IKN)," tandas Mochtar. (*/ryn)